TOPMEDIA – PT Kereta Api Indonesia (KAI) meningkatkan intensitas persiapan menyambut lonjakan penumpang pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) dengan melakukan inspeksi menyeluruh pada jalur kereta api.
Direktur Utama (Dirut) PT KAI, Bobby Rasyidin, bersama jajaran direksi, turun langsung melakukan pengecekan di jalur utara, mulai dari Jakarta, Surabaya hingga Banyuwangi.
Inspeksi ini dilakukan untuk memastikan kesiapan dan keamanan perjalanan kereta api selama masa angkutan Nataru. Selain jalur utara, inspeksi serupa juga dilakukan di jalur selatan.
Hasil inspeksi menunjukkan bahwa PT KAI telah memetakan sejumlah daerah pantauan khusus (daksus), terutama di wilayah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang.
Wilayah ini menjadi perhatian utama karena sering mengalami gangguan seperti banjir, longsor, dan amblesan jalur rel kereta.
“Kami melakukan inspeksi ini untuk memastikan seluruh jalur kereta api aman dan siap dilalui selama masa angkutan Nataru,” ujar Dirut PT KAI, Bobby Rasyidin, saat melakukan inspeksi di Stasiun Surabaya Gubeng, Rabu (3/12).
Untuk meminimalkan risiko gangguan perjalanan, PT KAI telah mengambil langkah-langkah antisipasi, termasuk penggantian rel sepanjang 84 kilometer, penggantian 150 wesel, serta penambahan batu ballast untuk memperkuat struktur rel.
“Kami telah mengganti rel di beberapa titik rawan, mengganti wesel yang sudah aus, dan menambah batu ballast untuk memastikan jalur rel stabil dan aman,” jelas Bobby.
PT KAI memastikan bahwa 100 persen sarana dan prasarana perkeretaapian siap melayani penumpang selama masa angkutan libur Nataru yang berlangsung mulai 18 Desember 2025 hingga 4 Januari 2026.
Ketua Komite Nasional Keamanan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, yang juga turut serta dalam inspeksi tersebut, menekankan pentingnya keselamatan dalam angkutan Nataru.
“KNKT ikut dalam inspeksi ini untuk memastikan masalah keselamatan. Kami melihat sudah ada penanganan khusus di daerah-daerah rawan,” ujarnya.
Soerjanto juga mengingatkan tentang potensi cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan banjir dan longsor. “Kami mengingatkan semua pihak untuk lebih mengaktifkan tempat-tempat pantauan terhadap cuaca ekstrem,” pungkasnya. (*)
