Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
INTERNATIONAL

Kunjungan Prabowo ke PBB Diterpa Isu Wawancara “Settingan”

20
×

Kunjungan Prabowo ke PBB Diterpa Isu Wawancara “Settingan”

Sebarkan artikel ini
Diaspora Indonesia di New York
toplegal

TOPMEDIA – Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Sidang Umum PBB di New York seharusnya menjadi momen bersejarah, karena ini adalah pidato presiden Indonesia di PBB pertama setelah lebih dari satu dekade. Namun, sorotan publik justru tertuju pada hal lain.

Selain pidato yang menegaskan posisi Indonesia terkait pengakuan negara Palestina, perhatian netizen juga tersita oleh sebuah video wawancara viral. Dalam video berdurasi 2 menit 5 detik dari Narasi, dua WNI di New York, Glory Lamria Aritonang dan Mathius Brein Andwika Sitohang, menyambut antusias kedatangan Presiden Prabowo. Mereka juga berharap kunjungan ini bisa menampung aspirasi diaspora Indonesia, terutama di tengah situasi Amerika Serikat yang semakin ketat terhadap imigran.

HALAL BERKAH

Video ini menuai kontroversi setelah netizen menemukan beberapa foto Glory yang diunggah di Instagram, menampilkan dirinya berpose di kolam renang Hotel Aman New York. Hotel ini dikabarkan menjadi tempat menginap delegasi Indonesia. Akun X @barengwarga lantas menuding wawancara tersebut sudah diatur atau “settingan,” dengan dugaan tidak ada suara kritis yang ditampilkan, bahkan memberikan fasilitas menginap gratis di hotel mewah tersebut.

Baca Juga:  Badai Amarah di Kathmandu: Istri Mantan PM Nepal Jadi Korban

Tudingan dan Bantahan

Tudingan ini segera dibantah oleh berbagai pihak. Brein, yang merupakan penerima beasiswa LPDP, menjelaskan kepada media ABC bahwa wawancara itu terjadi secara spontan. Saat itu, ia dan teman-teman mahasiswa lainnya sedang berada di depan hotel ketika dihampiri oleh wartawan Narasi.

“Salah satu wartawan itu menghampiri teman saya, Glory. Saya kira hanya random picking aja gitu,” ujar Brein. Ia mengaku diajak oleh Glory karena posisi mereka berdekatan. Brein juga menegaskan bahwa mereka tidak menerima fasilitas apa pun, termasuk kamar hotel. “Saya tinggal di rumah salah satu teman saya… tidak menginap di hotel yang sama dengan Bapak Presiden,” katanya.

Brein juga menjelaskan bahwa mereka datang bersama perwakilan Mata Garuda dan Permias Nasional untuk menyambut kedatangan presiden, bukan atas undangan khusus dari pihak Istana. “Tidak ada uang yang saya terima, satu rupiah pun, satu dolar pun, sampai hari ini,” tegasnya.

Baca Juga:  Kontroversi Kim Keon-hee: Mantan Ibu Negara Korsel Pertama Tersangka Korupsi dan Pengaruh Politik

Pemimpin Redaksi Narasi, Zen Rahmat Sugito, juga membantah keras tudingan wawancara settingan. “Enggak ada,” katanya kepada ABC Indonesia. “Orang-orangnya ada di situ dan enggak ada diarahin siapa-siapa.”

Bantahan serupa juga datang dari Wakil Menteri Sekretaris Negara, Juri Ardiantoro. “Kami enggak suka setting-setting. Orang sudah tahu kok presiden melakukan sesuatu yang nyata, yang benar. Jadi enggak perlu ada setting-setting,” ujarnya.

Meskipun ABC Indonesia telah mencoba menghubungi Glory untuk klarifikasi foto-fotonya dan juga pihak Kantor Komunikasi Presiden serta Hotel Aman New York untuk konfirmasi pemesanan, hingga saat ini belum ada jawaban.

Suara Diaspora dan Isu Intimidasi

Tudingan ini juga memicu reaksi dari komunitas diaspora Indonesia lain di AS yang merasa suara mereka tidak terwakili oleh wawancara tersebut. Kelompok Amerika Bergerak kemudian berinisiatif membuat video tandingan untuk menyuarakan kekhawatiran mereka.

“Kami sengaja membuat narasi tandingan karena peliputan yang dilakukan media tidak berimbang dan tidak mewakili sebagian besar suara mahasiswa dan diaspora,” kata Nathanael dari Amerika Bergerak kepada ABC Indonesia.

Baca Juga:  Ricuh Memakan Korban Nyawa, Dipicu Nepal Blokir Sosial Media

Mereka juga menyusun surat terbuka untuk Presiden Prabowo, menuntut dialog dengan mahasiswa dan diaspora di New York. Selain itu, mereka mendesak pemerintah untuk mengevaluasi program makan bergizi gratis, membebaskan warga sipil yang ditahan dalam demonstrasi, menghentikan kriminalisasi terhadap penerbit buku, serta mendukung Palestina di PBB.

Selain itu, laporan dari media lain juga menyoroti dugaan intimidasi terhadap peserta Aksi Kamisan di New York. Beberapa pengurus Aksi Kamisan mengaku pernah diancam oleh intel, termasuk ancaman pencabutan beasiswa LPDP dan dilaporkan ke pihak imigrasi AS, agar menghentikan kegiatan mereka. Ancaman ini dilaporkan terjadi secara daring maupun luring. Salah satu peserta Aksi Kamisan menolak berkomentar kepada ABC Indonesia karena alasan keamanan. Aksi Kamisan di New York sendiri dilaporkan sudah tidak aktif sejak 19 Juni 2025. (*)

TEMANISHA.COM