Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
LIFESTYLE

Pancaroba Tiba, Chikungunya Menggejala

19
×

Pancaroba Tiba, Chikungunya Menggejala

Sebarkan artikel ini
toplegal

TOPMEDIA – Memasuki masa pancaroba, kewaspadaan perlu ditingkatkan terutama yang menyangkut kebersihan lingkungan. Kementrian Kesehatan juga mengimbau hal ini. Tercatat suspek chikungunya pada Minggu pertama hingga kesembilan 2025 mengalami kenaikan drastis dibandingkan minggu yang sama pada 2023 dan 2024. Sheingga harus ada intervensi dari petugas. Salah satunya dengan pengendalian vektor penyebab Chikungunya. 

Berdasarkan pernyataan dari Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, tren kasus Chikungunya di Indonesia menunjukkan penurunan dalam dua bulan terakhir. Namun, ia mengingatkan agar masyarakat tetap waspada. Penurunan ini bisa saja berbalik naik di minggu-minggu mendatang, terutama karena bertepatan dengan musim penghujan yang merupakan waktu ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak.

TOP LEGAL PRO

Pada tahun 2025, tercatat lima provinsi dengan kasus suspek chikungunya tertinggi: Jawa Barat (6.674), Jawa Tengah (3.388), Jawa Timur (2.903), Sumatera Utara (1.074), dan Banten (838). Chikungunya sendiri adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penderita dapat mengalami gejala demam, badan lemas, dan nyeri pada sendi dan tulang yang bisa berlangsung hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Baca Juga:  Akhirnya! Electric G-Class, Mercedes-Benz Hadirkan Dua Model Terbaru, Harga Tembus Rp 7,2 Miliar

Mengenal Chikungunya dan Gejalanya

Chikungunya adalah penyakit tropis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus, jenis nyamuk yang sama dengan nyamuk demam berdarah.Gejala umum yang dialami penderita adalah demam, badan terasa lemas dan nyeri hebat pada sendi dan tulang. Gejala ini bisa muncul segera setelah terinfeksi, namun ada juga kasus tanpa gejala. Yang perlu diwaspadai, nyeri sendi akibat chikungunya dapat berlangsung lama, bahkan hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Hal ini tentu dapat menimbulkan kerugian, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.

Mengingat belum tersedianya pengobatan antivirus khusus, penanganan chikungunya berfokus pada peredaan gejala, yaitu dengan beristirahat, mencukupi cairan tubuh, dan mengonsumsi obat pereda nyeri sendi.

Baca Juga:  Dorong Angka Harapan Hidup dan Kebahagiaan Warga Senior dengan Senam

Sebagai respons, Kemenkes melakukan berbagai langkah, seperti surveilans vektor dan pengendalian faktor risiko lingkungan dengan menkampanyekan 3M, yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

*Ay

 

 

 

TEMANISHA.COM