TOPMEDIA – Aktivis sayap kanan Amerika Serikat (AS) terkemuka, Charlie Kirk, ditembak mati di depan publik.
Insiden tragis ini terjadi saat Kirk sedang menghadiri sebuah acara di Universitas Utah Valley (UVU) di Orem, Utah.
Kabar penembakan ini telah dikonfirmasi oleh pihak kepolisian kampus UVU dan memicu kekhawatiran luas di kalangan publik dan politik.
Dilansir dari laporan BBC pada Kamis (11/9/2025), penembakan itu terjadi di tengah berlangsungnya acara di kampus tersebut.
Marina Minas, Kepala Pemasaran dan perwakilan dari Turning Point USA, organisasi konservatif tempat Charlie Kirk bernaung, memberikan pernyataan mengejutkan.
“Dia tertembak di leher. Dia ada di rumah sakit. Kondisinya tidak terlihat baik,” ujar Minas, menggambarkan situasi kritis yang dialami Kirk.
Kabar mengenai kondisi serius Kirk juga diperkuat oleh Menteri Pertanian AS, Brooke Rollins. Melalui akun X (sebelumnya Twitter) pribadinya, Rollins meminta doa dari seluruh warga Amerika Serikat untuk kesembuhan Kirk.
“Tolong terus berdoa. Kabarnya dia dalam kondisi kritis, tapi masih bersama kami,” tulis Rollins, menunjukkan betapa gentingnya situasi ini.
Charlie Kirk adalah sosok yang tidak asing di kancah politik konservatif Amerika Serikat. Sebagai pendiri dan CEO Turning Point USA, ia dikenal vokal dalam menyuarakan pandangan sayap kanan dan aktif berinteraksi dengan kaum muda di berbagai kampus di seluruh AS.
Turning Point USA sendiri adalah organisasi nirlaba yang berfokus pada identifikasi, edukasi, pelatihan, dan pengorganisasian mahasiswa untuk mempromosikan prinsip-prinsip kebebasan, pasar bebas, dan pemerintahan terbatas.
Kirk adalah juru bicara andalan untuk generasi muda gerakan Republik. Ia juga sosok pemuda dengan banyak massa di kelompok sayap kanan partai itu. Ia memiliki jutaan pengikut di media sosial.
Ia juga kerap memberikan pernyataan cerdas dan provokatif terutama bagi pengkritik dan penantang ideologisnya. Ideologi konservatif Kirk sangat erat kaitannya dengan Presiden AS Donald Trump.
Aktivitas Kirk yang seringkali kontroversial, termasuk kehadirannya di berbagai acara kampus, kerap kali memicu perdebatan dan demonstrasi. Namun, insiden penembakan ini membawa kekerasan fisik ke dalam ranah politik, yang memunculkan pertanyaan serius tentang keamanan aktivis dan kebebasan berekspresi di lingkungan universitas.
Insiden ini segera memicu gelombang simpati dan kecaman dari berbagai pihak, baik dari spektrum politik sayap kanan maupun kiri. Banyak yang mengutuk tindakan kekerasan ini dan menyerukan agar pelaku segera ditangkap dan diadili.
Pihak kepolisian kampus Utah Valley saat ini sedang melakukan investigasi menyeluruh untuk mengungkap motif di balik penembakan ini dan mencari pelaku.
Kejadian ini juga kembali menyoroti isu keamanan di kampus-kampus Amerika Serikat, terutama dalam konteks acara-acara yang melibatkan tokoh-tokoh kontroversial.
Perdebatan mengenai batasan kebebasan berekspresi dan potensi kekerasan yang mengintai di baliknya diperkirakan akan semakin memanas pasca-insiden tragis yang menimpa Charlie Kirk.
Seluruh mata kini tertuju pada Orem, Utah, menanti perkembangan lebih lanjut mengenai kondisi Charlie Kirk dan hasil investigasi polisi.
Insiden ini tidak hanya menjadi tragedi personal bagi Kirk dan keluarganya, tetapi juga peringatan keras bagi seluruh masyarakat akan bahaya kekerasan yang mengancam demokrasi dan kebebasan berpendapat. (*)