Scroll untuk baca artikel
TOP Legal Open House
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
SPORTAINMENT

Lupakan Piala Dunia, Kita Gagal karena Kesalahan Sendiri

×

Lupakan Piala Dunia, Kita Gagal karena Kesalahan Sendiri

Sebarkan artikel ini
Timnas Indonesia (Foto: istimewa)
toplegal

TOPMEDIA – Betapa pahit perjuangan panjang Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 berakhir memilukan. Skuad Garuda, dan semua pencintanya, tak perlu mencari kambing hitam. Indonesia gagal ke pesta bola sejagad karena ulah sendiri

King Abdullah Sports City Stadium menjadi tempat pamungkas perjuangan Indonesia untuk ke Piala Dunia 2026.

HALAL BERKAH

Dalam dua pertandingan Indonesia kalah dari Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1). Indonesia berakhir menjadi juru kunci klasemen Grup B babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Secara otomatis Indonesia harus menunggu empat tahun lagi. Perjuangan selama dua tahun untuk menuju Piala Dunia 2026 harus berakhir dengan kecewa.

Melawan Brunei Darussalam, Indonesia menang meyakinkan dalam dua pertandingan dengan skor 6-0 dan 6-0. Indonesia melaju ke babak kedua.

Kala itu Indonesia masih di bawah arahan Shin Tae-yong. Maju ke babak kedua, Indonesia segrup dengan Irak, Vietnam, dan Filipina.

Indonesia tak dijagokan lolos juga ke babak ketiga saat itu. Lion of Mesopotamia dan Golden Star Warriors yang menjadi unggulan.

Namun, pada prosesnya, Indonesia sukses melaju ke babak ketiga, sekaligus lolos ke Piala Asia 2027. Indonesia kalah dua kali dari Irak, menang dua kali dari Vietnam, dan sekali menang serta sekali imbang melawan Filipina.

Kemudian Indonesia tergabung di Grup C babak ketiga. Jepang, Australia, Arab Saudi, Bahrain, dan China yang menjadi lawan Indonesia.

Enam pertandingan awal dijalani Indonesia dengan cuma satu kemenangan atas Arab Saudi. Dalam lima laga lainnya, Indonesia tiga kali imbang dan dua kali kalah.

Baca Juga:  PSSI Puji AFC Beri Respons Positif Atas Penjadwalan Ulang Timnas

Kekalahan itu dari China yang menjadi awal riak di tubuh tim. Ada klaim dinamika tim, yang melibatkan tim kepelatihan Shin Tae-yong dengan skuad.

Setelah itu, Indonesia bangkit dengan mengalahkan Arab Saudi. Meski demikian, PSSI tetap mengambil keputusan untuk menyudahi kontrak Shin Tae-yong, menggantinya dengan Patrick Kluivert.

Meneer Belanda itu disebut sebagai staf kepelatihan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia kata Exco PSSI Arya Sinulingga, bahkan saat belum bekerja.

Indonesia kemudian menurun perlahan dibawah Kluivert dan para stafnya. Dalam enam pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia mencatatkan dua kemenangan dan empat kekalahan. Indonesia mencatatkan lima gol dan kebobolan 15 kali.

Parahnya lagi, dua kekalahan Indonesia terjadi di saat krusial, dua pertandingan dan 180 menit, yang mengubur mimpi Indonesia ke Piala Dunia 2026.

Celakanya lagi, untuk sekadar minta maaf dan menemui suporter usai kegagalannya Kluivert pun tidak mampu melakukannya.

Suara evaluasi PSSI dan Kluivert menggema. Suporter Indonesia dari berbagai belahan dunia sudah mengeluarkan suaranya. Federasi responsif, dan Kluivert langsung didepak ke negara asalnya.

Federasi membangun narasi baru. Menatap babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI menggaungkan potensi kecurangan. AFC menunjuk Arab Saudi dan Qatar menjadi tuan rumah, pertandingan penting tak digelar di tempat netral.

Tak hanya itu, pemilihan wasit asal Kuwait dan China juga digugat. Protes resmi pun diajukan PSSI untuk meminta pengadil di lapangan dari region lain selain timur tengah.

Baca Juga:  Tebar Psywar, Arab Ungkit Pernah Kalahkan Argentina di Piala Dunia 2022

Untuk menguatkan gugatan, jadwal bertanding juga disoal. Indonesia memainkan dua laga berurutan melawan Arab Saudi dan Irak, minim waktu istirahat.

Green Falcons yang menjadi pihak paling diuntungkan dengan bermain kandang, juga mempunyai waktu pemulihan paling panjang.

Energi protes venue dan wasit membuat indonesia tak fokus pada diri sendiri agar bersiap lebih maksimal menatap laga-laga penting. Apalagi semua kekhawatiran itu tidak terbukti.

Wasit Kuwait, Ahmed Al-Ali, memimpin pertandingan Indonesia melawan Arab Saudi dengan prima. Tapi, tetap saja Indonesia menelan kekalahan.

Kekalahan melawan Arab Saudi juga karena ulah Kluivert yang gagap menyusun statrting XI. Akibatnya, permainan tim di lapangan berjalan buruk, banyak skema permainan yang tidak berjalan.

Lanjut saat melawan Irak, Indonesia sudah bermain baik. Wasit asal China, Ma Ning, juga tak banyak melakukan keputusan yang kontroversial.

Satu-satunya kekurangan Indonesia saat melawan Irak adalah tak bisa mencetak gol. Bagaimana kita bisa memenangkan pertandingan kalau lini depan tumpul?

Indonesia seperti kalah sebelum bertanding dengan narasi rakitan sendiri. Apa yang ditakutkan kalau kita sebenarnya mempunyai skuad yang bagus?

Ibarat masakan, percuma juga bahan yang dipakai bagus kalau koki yang memasak tak punya pengalaman dan tak memiliki kemampuan memasak yang nikmat.

Kini, PSSI dan Kluivert harus bertanggung jawab atas kegagalan Indonesia ke Piala Dunia 2026. Evaluasi harus dilakukan, kekurangan apa saja yang sudah dilakukan hingga perjuangan berujung kegagalan.

Keputusan mengganti Shin Tae-yong sudah membuahkan hasil bersama harapan Indonesia ke Piala Dunia 2026 pupus. Semua keputusan itu harus dipertanggungjawabkan.

Baca Juga:  Muncul Nama Van Gaal Gantikan Kluivert, Erick Thohir Tertawa

Kluivert berbeda sikap dan omongan, dia semestinya bersikap ksatria. Dia bilang bertanggung jawab, namun menemui suporter selepas laga saja dia tidak mampu.

Indonesia sudah tak mempunyai ajang lagi sampai Piala AFF 2026 pada Juli-Agustus tahun depan, masih ada juga FIFA matchday namun tak ada agenda untuk jeda internasional itu. Oleh karena itu, PSSI masih mempunyai waktu panjang untuk melakukan persiapan.

PSSI harus mencari juru taktik dengan curiculum vitae yang jelas. Jangan juga pelatih gagal di Timnas Curacao yang direkrut hanya karena mau datang wawancara di hari raya Natal.

Untuk Piala AFF saja Indonesia tak pernah mengangkat trofi itu. Indonesia masih bisa mencetak sejarah dengan menjuarai Piala AFF 2026. Ya sebagai negara ASEAN.

Bermimpi jauh ke Piala Asia adalah cita-cita negara yang memiliki sepak bola, tapi bagaimanapun juga Piala AFF menjadi ajang paling realistis Indonesia bisa meraih trofi, juga menjadi ajang terdekat yang akan diikuti Indonesia. Tak perlu gengsi berprestasi di Piala AFF, buang jauh-jauh anggapan ajang itu cuma piala ciki.

Publik sepak bola tanah air bermimpi bersama mimpi besar federasi, tak diikuti pembangunan sepak bola dari akar rumput.

Piala Dunia tetap menjadi bidikan, hanya saja sebagai bangsa dan negara yang ingin berdiri diatas kaki sendiri seperti petuah presiden Prabowo, bangun sepak bola secara bottom up itu lebih bermartabat. (*)

TEMANISHA.COM