Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
INTERNATIONAL

Warga New Delhi Turun ke Jalan, Tuntut Udara yang Bisa Dihirup

15
×

Warga New Delhi Turun ke Jalan, Tuntut Udara yang Bisa Dihirup

Sebarkan artikel ini
toplegal

TOPMEDIA – Udara di New Delhi kembali berubah jadi racun. Kabut tebal menyelimuti kota, menutup langit biru dan menyisakan aroma debu serta asap di setiap tarikan napas. Di tengah situasi yang kian mencekik, ratusan warga dari berbagai usia, anak-anak, orang dewasa, hingga lansia, berkumpul di monumen ikonik India Gate, Minggu (9/11/2025). Mereka datang bukan untuk merayakan, tapi untuk menuntut hak paling dasar: udara yang layak dihirup.

Sekitar 400 orang bergabung dalam aksi damai itu, membawa spanduk dengan tulisan-tulisan yang menusuk hati: “Bernapas membunuh saya”, “Saya di sini demi cucu saya”, dan “Berapa banyak lagi orang yang harus mati sebelum kita sadar?”

HALAL BERKAH

Pemandangan itu menjadi simbol keputusasaan warga terhadap polusi yang seolah tak pernah selesai, masalah lama yang kini berubah jadi ancaman nyata bagi kesehatan jutaan orang.

Baca Juga:  1.000 Turis Terjebak Badai Salju di Lereng Gunung Everest, Kemlu RI Pantau WNI
Polusi udara paling parah menyebabkan warga sulit bernapas.

Diwali dan Lingkaran Asap Tahunan

Krisis udara di ibu kota India ini memang bukan hal baru. Setiap tahun, polusi memuncak setelah perayaan Diwali, festival cahaya umat Hindu yang diwarnai pesta kembang api. Tahun ini, efeknya lebih parah. Setelah malam penuh warna itu, langit New Delhi justru tertutup oleh kabut abu-abu pekat, hasil campuran antara asap kembang api, pembakaran lahan pertanian di wilayah sekitar, dan emisi industri yang menumpuk di udara dingin.

Dalam hitungan hari, indeks kualitas udara melonjak ke level berbahaya. Sekolah-sekolah terpaksa ditutup, masker menjadi kebutuhan pokok, dan warga memilih bertahan di dalam rumah jika tak benar-benar perlu keluar.

Baca Juga:  Hadapi Tantangan Konsumen dan Pesaing Baru, Starbucks Rencanakan Restrukturisasi Rp 16,7 Triliun

Ketika Protes Berujung Penangkapan

Namun Minggu itu, mereka memilih keluar, bukan untuk bekerja, tapi untuk bersuara. Meski aksi berlangsung damai, ketegangan tetap muncul. Sejumlah demonstran ditangkap polisi karena memblokade Jalan Man Singh, menyebabkan lalu lintas tersendat.
“Sudah kami minta untuk membubarkan diri, tapi mereka menolak. Jadi kami bawa mereka ke kantor polisi,” ujar seorang pejabat kepolisian seperti dikutip media setempat.

Langkah aparat itu menuai kritik, sebab bagi banyak warga, protes ini adalah satu-satunya cara agar suara mereka didengar. “Kami tidak ingin menjadi korban berikutnya hanya karena menghirup udara,” kata salah satu peserta aksi dengan masker menutupi wajahnya.

Janji Pemerintah dan Harapan yang Tersisa

Pemerintah India sebenarnya telah mencoba berbagai cara, dari pembatasan kendaraan hingga teknologi cloud seeding untuk menurunkan hujan buatan. Tapi hasilnya nihil—udara New Delhi tetap berada di kategori “mematikan”.

Baca Juga:  Ringgit Menguat, Wisatawan Malaysia Serbu Indonesia dan Thailand

Menteri Lingkungan India, Manjinder Singh Sirsa, menegaskan pemerintah masih berupaya keras mencari solusi dan akan melanjutkan semua langkah yang memungkinkan. Namun, publik menilai janji tanpa tindakan nyata hanya akan membuat krisis udara ini menjadi tradisi tahunan yang mematikan.

Di tengah langit yang masih kelabu, suara-suara di India Gate hari itu menjadi pengingat: di New Delhi, setiap tarikan napas kini terasa seperti perjuangan. (*)

TEMANISHA.COM