TOPMEDIA – Setiap tahun, kita selalu disuguhkan dengan persaingan sengit antara berbagai produsen chipset. Namun, jika berbicara tentang dunia Android, ada satu nama yang selalu menjadi acuan performa dan inovasi: Qualcomm Snapdragon.
Dari sekian banyak seri yang dirilis, beberapa di antaranya berhasil mencuri perhatian, bahkan menciptakan standar baru, baik karena performanya yang gahar maupun karena isu yang mengikutinya.
Yuk kita nostalgia sejenak dan bahas lima chipset Snapdragon paling terkenal pada masanya yang pernah mendominasi pasar smartphone flagship hingga kelas menengah.
1. Snapdragon 820/821:
Setelah Qualcomm mengalami masa sulit dengan isu overheating parah pada seri sebelumnya (Snapdragon 810), kedatangan Snapdragon 820 di tahun 2016 terasa seperti udara segar. Chipset ini menandai kembalinya Qualcomm pada desain inti CPU kustom mereka, yang dinamakan Kryo, setelah sebelumnya menggunakan desain referensi ARM.
SD 820 dan versi penyempurnaan minornya, SD 821, sukses mengembalikan kepercayaan konsumen dan pabrikan. Performa grafis Adreno 530-nya dianggap revolusioner, menawarkan lonjakan kecepatan dan efisiensi daya yang signifikan, membuatnya menjadi chipset andalan di hampir semua flagship Android tahun itu, dari Samsung Galaxy S7 hingga Google Pixel. Chipset ini benar-benar membawa comeback yang gemilang bagi Qualcomm.
2. Snapdragon 660:
Tidak semua chipset yang ikonik harus berada di kelas flagship. Di segmen mid-range, Snapdragon 660 (dirilis sekitar 2017) adalah game changer. Ia membawa performa tinggi dan efisiensi daya yang sebelumnya hanya ada di seri 800-an ke smartphone harga yang jauh lebih terjangkau.
Chipset ini memicu ledakan popularitas smartphone kelas menengah premium, memungkinkan pengguna mendapatkan pengalaman gaming yang layak dan baterai yang awet. Hampir semua smartphone mid-range terlaris dari Xiaomi, Oppo, hingga Samsung pada era tersebut menggunakan chipset ini.
3. Snapdragon 835:
Dirilis pada tahun 2017, Snapdragon 835 dianggap sebagai chipset flagship pertama yang benar-benar stabil dan matang dari Qualcomm. Chipset ini diproduksi menggunakan proses fabrikasi 10nm FinFET yang lebih canggih, bekerja sama dengan Samsung.
Ia sukses meredam segala isu panas yang sempat menghantui generasi sebelumnya. Dengan performa yang powerful dan ukuran yang lebih ringkas, chipset ini menjadi standar bagi flagship Android selama kurang lebih satu tahun, termasuk digunakan pada Samsung Galaxy S8, OnePlus 5, hingga Sony Xperia XZ Premium. Chipset ini juga menjadi tonggak penting dalam transisi ke desain smartphone yang lebih tipis.
4. Snapdragon 888:
Pada tahun 2021, Snapdragon 888 muncul dengan performa yang sangat gahar. Chipset ini adalah yang pertama menggunakan inti CPU Cortex-X1 ultra-kuat dari ARM, memberikan lonjakan kinerja single-core yang fantastis.
Performa mentahnya memang luar biasa, namun chipset ini juga ikonik karena kontroversinya. Fabrikasi 5nm-nya dan desain inti yang agresif membuatnya dikenal mudah panas (overheating) di bawah beban berat, sebuah isu yang sangat diperdebatkan di kalangan gamer dan reviewer teknologi. Isu ini membuat chipset ini menjadi salah satu yang paling dibicarakan, menciptakan perdebatan sengit antara performa vs efisiensi daya.
5. Snapdragon 8 Gen 1:
Tahun 2022 menjadi penanda perubahan besar dalam penamaan chipset flagship Qualcomm, dari skema tiga digit ke Snapdragon 8 Gen 1. Chipset ini sekali lagi menjanjikan peningkatan performa signifikan berkat inti CPU Cortex-X2.
Namun sayangnya, chipset ini juga ikonik karena mengalami isu yang mirip dengan pendahulunya. Banyak laporan menyebutkan adanya masalah thermal throttling dan efisiensi daya yang kurang optimal, terutama karena masih menggunakan proses fabrikasi dari Samsung pada rilis awalnya.
Hal ini mendorong Qualcomm untuk segera merilis versi “Plus” (SD 8+ Gen 1) yang menggunakan fabrikasi TSMC yang lebih efisien, menunjukkan betapa pentingnya chipset ini dalam sejarah Qualcomm yang belajar dari kesalahan.
Dari comeback yang heroik hingga kontroversi panas, lima chipset Snapdragon ini masing-masing meninggalkan jejak yang tak terlupakan di industri smartphone. Mereka tidak hanya mendorong batas performa teknologi seluler, tetapi juga menjadi bagian dari cerita tentang bagaimana sebuah komponen kecil dapat mendefinisikan pengalaman smartphone kita. (Respatih)