TOPMEDIA – Agar Indonesia terlepas dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap), pertumbuhan ekonomi nasional harus digenjot.
Oleh sebab itu, Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi nasional dapat menembus 8 persen.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, perlu kerja sama antara mesin negara dan sektor swasta agar perekonomian dapat berjalan sesuai target.
“Lihat Jepang, Korea Selatan, dan China. Mereka pernah merasakan pertumbuhan dua digit dalam kurun waktu yang tidak singkat. Jika kita tidak mengusahakannya, maka kita akan selalu berada di posisi ini,” ujarnya, dikutip Sabtu (13/9/2025).
Pertumbuhan ekonomi selama ini yang masih terbatas menurut Purbaya, persoalan utamanya karena keringnya likuiditas. Hal ini tercermin dari indikator M0 yang tumbuh negatif.
Ia mencontohkan langkah serupa pada masa pandemi Covid-19, ketika pemerintah menarik Rp 300 triliun dari Bank Indonesia untuk menggerakkan perekonomian.
“Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dorongan likuiditas dari sisi fiskal terus diperkuat,” tegasnya.
Selain itu juga perlunya keseimbangan antara peran pemerintah dan swasta, sehingga menghasilkan sinergi dan mengoptimalkan perekonomian.
“Pada periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terjadi private-led growth dengan pertumbuhan kredit yang deras. Sementara pada periode Presiden Jokowi lebih banyak state-led growth. Sekarang waktunya mesin ekonomi negara dan swasta bergerak bersama,” jelas Purbaya.
Sementara itu, menurut Pelaksana Tugas Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Didik Madiyono, target tersebut bisa diraih dengan kerja keras dan sinergi.
Dengan sinergi bisa dipastikan antara program pemerintah dan upaya swasta akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi. (*)