Scroll untuk baca artikel
TOP Legal Open House
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
TOP FIGURES

Intan Syakira Terjang Banjir Ikuti Olimpiade Pendidikan Agama Islam

×

Intan Syakira Terjang Banjir Ikuti Olimpiade Pendidikan Agama Islam

Sebarkan artikel ini
Intan Syakira, berjuang keras menerjang banjir di Langkat untuk sampai ke Jakarta. (Instagram/@robert.ginting)
toplegal

TOPMEDIA – Intan Syakira, menjadi tauladan sebuah semangat yang tak bisa dihalangi oleh apapun. Di balik Olimpiade Pendidikan Agama Islam (PAI) yang digelar di Ancol, Jakarta, ada kisah pilu yang lebih dalam dari sekadar keberhasilan menuju ajang kompetisi.

Intan memiliki tekad yang menggebu-gebu untuk bisa mengikuti olimpiade itu. Ia melampaui batas alam dengan memecah keheningan malam dan menembus derasnya banjir. Ini adalah cerita tentang keteguhan hati, cinta keluarga, dan mimpi yang dijaga dengan pengorbanan.

HALAL BERKAH

Intan menerjang jarak empat kilometer melewati banjir. Intan berjuang dari Langkat ke Olimpiade PAI.

Bagi Intan Syakira, siswi kelas VII asal Kabupaten Langkat, persiapan menuju Olimpiade PAI tidak berjalan seperti yang dialami peserta lain.

Alih-alih hari-hari tenang untuk berlatih, hujan yang tak berhenti membuat kampungnya berubah menjadi genangan luas. Air menyelinap ke dalam rumah, lalu naik hingga setinggi dada orang dewasa.

Dalam kesusahan itu, intan tak berhenti menghafal naskah pidatonya. Ia duduk di atas sofa sambil memegang teks yang menjadi modal lombanya, di tengah rumah yang sudah tak lagi aman.

Baca Juga:  Pecah Isak Tangis Ahli Waris Marsinah saat Penganugerahan Pahlawan Nasional

“Orang udah tidur semua, Intan masih ngapalin. Intan duduk di sofa, banjir masuk… Intan tetap hapalan,” tuturnya pelan di Jakarta, sebagaimana dikutip dari laman Kementerian Agama (Kemenag), Selasa (2/12/2025).

Rumah neneknya tak luput dari terjangan banjir itu. Riuh kepanikan pengungsian tidak membawa ketenangan, tetapi semangat Intan tak pernah mereda dan semakin menggelora dalam dada gadis remaja ini.

Hujan yang semakin deras membuat komunikasi dengan pihak sekolah dan Kemenag Langkat terputus selama berhari-hari.

Semua dan siapapun pesimis Intan akan dapat mengikuti olimpiade itu. Jalan-jalan tertutup banjir, dan banyak pihak pesimis Intan akan mampu berangkat.

Namun, di tengah situasi yang serba tidak pasti itu, sesuatu yang tak pernah dibayangkan terjadi pada H-3 keberangkatan.

Intan Ditemani ibunya, sepupu dan bantuan aparat TNI, ia menerobos banjir sejauh empat kilometer hanya untuk mendapatkan sinyal komunikasi, demi menyampaikan satu pesan penting, “Ibu, anak saya berangkat. Tolonglah anak saya”.

Baca Juga:  Paolini Cetak Sejarah, Kalahkan Iga Swiatek di Perempat Final Wuhan Open 2025

Malam yang gelap, arus air yang deras, listrik yang padam, dan lumpur tebal tidak menghalangi langkah mereka. Perjalanan itu menjadi bukti bahwa tekad mampu menembus batas-batas yang tampak mustahil.

Di tangan mungil itu, ia menggenggam uang yang dibungkus plastik es sebesar Rp 600 ribu, satu-satunya bekal untuk perjalanan panjang menuju lomba nasional.

Tidak ada mobil yang berani menembus arus deras. Intan dan keluarganya berganti-ganti angkutan, naik bak kendaraan, turun, berjalan, lalu naik lagi.

Semua dilakukan dalam kondisi pakaian basah, penuh lumpur, dan tubuh yang tak pernah sempat beristirahat.

Sesampainya di Langkat, ketika akhirnya tim dari Seksi PAI Kabupaten Langkat bertemu Intan, mereka tak kuasa menahan haru.

“Badannya penuh lumpur, kakinya luka-luka, beberapa hari tidak ganti pakaian. Perjalanan yang biasanya setengah jam jadi hampir satu hari. Kami menangis melihatnya,” kata Siti Aminah.

Pukul 22.00 staff Kemenag dan Dinas Pendidikan mencari toko pakaian yang masih buka, mereka mencari pakaian yang layak untuk Intan.

Baca Juga:  Banjir Rendam Sembilan Wilayah Aceh, Dua Tewas

Tindakan sederhana yang menjadi simbol kepedulian dan dukungan kepada seorang anak yang telah menempuh rintangan luar biasa.

Intan akhirnya menginjakan kaki di pesawat menuju Jakarta. Perjalanan itu bukan sekadar perpindahan lokasi.

Itu adalah puncak dari perjuangan panjang yang menyimpan keberanian, keteguhan, dan doa yang terus dipanjatkan.

Intan membuktikan, seluruh keinginan kuat dapat menjadikan sesuatu yang mustahil menjadi kenyataan. Intan mewujudkan harapan bahwa mimpi tetap bisa diraih dalam keadaan apa pun.

Kisah intan menjadi alarm bahwa bencana tidak selalu mampu menghentikan langkah. Dalam gelap dan gulungan air, tekad manusia sering kali mampu memunculkan cahaya. Tidak ada mimpi yang terlalu jauh bila diperjuangkan bersama.

Bencana alam ini, ibu Intan memberikan pesan yang mengingatkan kita tentang sesuatu bencana yang berasal dari kita sendiri.

Ibu Intan mengatakan ada tangan manusia yang ikut memperparah keadaan, kebiasaan membuang sampah sembarangan, merusak alam, menebang hutan tanpa kendali. “Ekoteologi dan kesadaran menjaga bumi harus ditanamkan sejak dini,” tambahnya. (*)

TEMANISHA.COM