Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
EDUTECH

5 Fitur Gimmick di HP Android yang Sering Kamu Temukan

36
×

5 Fitur Gimmick di HP Android yang Sering Kamu Temukan

Sebarkan artikel ini
toplegal

TOPMEDIA – Guys sebagai pengguna HP Android, kamu pasti sering banget menemukan fitur-fitur super canggih yang dijanjikan oleh brand saat mereka merilis smartphone terbarunya. Mulai dari sensor yang sensitif sampai teknologi yang kedengarannya futuristik. Tapi, coba jujur, seberapa sering kamu benar-benar pakai fitur-fitur keren itu setelah masa euforia awal? Beberapa fitur memang revolusioner, tapi tidak sedikit pula yang berakhir hanya sebagai ‘gimmick’ atau trik pemasaran untuk menarik perhatian. Fitur-fitur ini seringkali terlihat keren di atas kertas, tapi minim manfaat nyata dalam kehidupan sehari-hari, bahkan terkadang malah menguras daya baterai tanpa kita sadari.

Ini dia lima fitur yang kerap dilabeli gimmick di HP Android dan mungkin tanpa sadar jarang kamu sentuh, padahal keberadaannya bisa memengaruhi performa dan daya tahan baterai ponselmu:

HALAL BERKAH

1. Zoom Digital Terlalu Tinggi (Contoh: 100x Space Zoom)
Di era perang spesifikasi kamera, angka zoom yang fantastis sering dijadikan daya tarik utama. Kita semua tahu, lensa telephoto bawaan HP punya batasan, tapi kemudian pabrikan menambahkan Digital Zoom hingga mencapai 50x, 100x, atau bahkan lebih. Kedengarannya keren, bukan? Namun, perlu kamu pahami, zoom digital pada dasarnya hanyalah proses pembesaran dan pemotongan gambar (cropping) secara digital.

Baca Juga:  Kenapa Kode OTP Tidak Masuk ke SMS? Ini 5 Cara Mengatasinya

Hasilnya? Gambar yang dihasilkan di tingkat zoom ekstrem ini cenderung pecah, buram, dan kehilangan detail. Fitur ini lebih berfungsi sebagai trik untuk menunjukkan kemampuan teknis, padahal dalam praktiknya, hasil jepretan di zoom digital tinggi jauh dari kata layak untuk diunggah ke media sosial. Proses komputasi untuk mencapai angka zoom yang gila ini justru membebani prosesor dan, tentu saja, baterai ponselmu.

2. Sensor Gerakan Udara (Air Gestures)
Beberapa tahun lalu, fitur yang memungkinkan pengguna mengontrol ponsel tanpa menyentuh layar sempat menjadi tren. Fitur ini disebut Air Gestures atau gerakan udara. Misalnya, kamu bisa menggeser tangan di depan layar untuk berpindah halaman foto atau menjawab panggilan.

Meskipun konsepnya menarik, implementasi di dunia nyata seringkali canggung. Sensornya seringkali tidak responsif atau terlalu sensitif. Selain itu, sensor proximity atau kamera yang harus terus-menerus siaga untuk mendeteksi gerakan tanganmu otomatis akan menguras daya baterai lebih cepat, meskipun ponsel sedang dalam mode siaga. Akhirnya, banyak pengguna yang memilih mematikan fitur ini karena lebih praktis menyentuh layar secara langsung.

3. Resolusi Layar Quad HD+ secara Default
Banyak ponsel flagship Android datang dengan layar super tajam beresolusi Quad HD+ (QHD+). Tentu saja, resolusi ini memberikan tampilan yang sangat jernih dan detail, ideal untuk menikmati konten beresolusi tinggi. Namun, mayoritas pengguna seringkali tidak bisa membedakan secara signifikan antara QHD+ dengan resolusi Full HD+ (FHD+) dalam penggunaan harian biasa, seperti scrolling Instagram atau chatting.

Baca Juga:  Beda Sikap saat Hormat Bendera, Puan Maharani jadi Sorotan, UU Jelaskan Seperti Ini!

Lucunya, banyak produsen secara default mengatur resolusi layar ke FHD+ untuk menghemat daya. Jika kamu mengaktifkan resolusi QHD+ secara paksa, GPU (pengolah grafis) akan bekerja jauh lebih keras, yang secara langsung berdampak pada peningkatan suhu dan penurunan drastis pada daya tahan baterai. Jadi, fitur ini lebih merupakan bonus yang jarang dioptimalkan.

4. Fitur Peluncur Aplikasi Khusus Game (Game Launchers)
Hampir setiap ponsel gaming atau high-end Android memiliki aplikasi bawaan yang disebut Game Launcher atau Game Space. Aplikasi ini menjanjikan performa gaming yang maksimal dengan mengoptimalkan sumber daya, memblokir notifikasi, dan menampilkan statistik.

Memang ada manfaatnya, tapi bagi banyak gamer kasual, fitur ini sering terasa berlebihan. Beberapa launcher justru memakan banyak resource di latar belakang untuk menampilkan overlay atau mengatur notifikasi yang sebenarnya bisa diatur manual. Seringkali, ponsel sudah cukup pintar mengelola resource sendiri tanpa bantuan launcher tersebut, dan membiarkan aplikasi ini berjalan terus-menerus hanya akan menambah beban software yang tidak perlu.

Baca Juga:  7 Kesalahan Fatal Saat Pakai Power Bank yang Wajib Gen Z Tahu

5. Pengisian Daya Cepat Nirkabel yang ‘Super’
Teknologi wireless charging memang memudahkan, karena kita tidak perlu lagi mencolokkan kabel. Namun, beberapa brand kini berlomba-lomba menghadirkan wireless charging dengan kecepatan super tinggi (misalnya 50W atau 80W), mendekati kecepatan pengisian kabel.

Masalahnya, pengisian nirkabel yang sangat cepat ini menghasilkan panas ekstrem pada ponsel dan charger pad. Panas berlebih adalah musuh terbesar baterai, yang dapat mempercepat degradasi kesehatan baterai dalam jangka panjang. Karena risiko panas dan degradasi ini, banyak pengguna akhirnya memilih mode pengisian nirkabel standar atau bahkan kembali ke kabel, membuat fitur super-fast wireless charging ini hanya sekadar angka di marketing slide.

Intinya, dalam memilih smartphone baru, jangan sampai mata kamu silau hanya dengan angka dan fitur yang terdengar keren di brosur. Pikirkan lagi, apakah fitur-fitur tersebut benar-benar akan kamu gunakan setiap hari? Fokus pada esensi dan pengalaman penggunaan yang stabil. Karena di akhir hari, ponsel yang nggak cepat habis baterai dan minim lag jauh lebih berharga daripada segudang fitur gimmick yang cuma numpang lewat.

(Respatih)

 

TEMANISHA.COM