TOPMEDIA – Young Buddhist Association (YBA) dan Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) menyelenggarakan kegiatan pelepasan satwa (fangsheng) di kawasan Mangrove Gunung Anyar, Surabaya, Minggu (14/12).
Kegiatan ini bukan hanya sebagai ritual, melainkan untuk mendukung restorasi lingkungan dan menjaga keseimbangan alam pesisir melalui pelepasan ratusan satwa ke habitat aslinya.
Acara ini menjadi wujud praktik welas asih yang bijak dan berbasis ilmu pengetahuan, sekaligus mendukung kebersihan sungai dan keseimbangan kehidupan satwa.
Satwa yang dilepas merupakan spesies dengan peran ekologis penting dan sesuai dengan habitat mangrove.
Menurut perwakilan YBA, Edwin Kamijaya, rincian satwa yang dilepaskan antara lain 90 kilogram ikan kutuk dan belut, 1 ekor ular python, 189,27 kilogram kepiting bakau, 109 kilogram biawak, 3,5 kilogram kol nenek, serta 3 ekor bulus dan kura-kura.
Ia menegaskan bahwa fangsheng tidak boleh hanya dimaknai sebagai upacara semata.
“Fangsheng adalah praktik welas asih yang mengajarkan penghormatan terhadap seluruh makhluk hidup. Namun di era krisis lingkungan, fangsheng harus dilakukan secara bertanggung jawab dan berbasis ilmu, agar benar-benar memberi manfaat bagi alam dan tidak menimbulkan dampak ekologis baru,” ujar Edwin.
Edwin menambahkan, melalui kegiatan ini YBA ingin mendorong praktik fangsheng yang lebih sadar lingkungan, sekaligus mengajak umat dan masyarakat terlibat aktif dalam pelestarian alam.
“Tidak hanya ritual saja, namun pelepasan ini untuk keseimbangan alam semesta,” tegasnya.
YBA juga menyatakan dukungannya terhadap program ECOTON untuk mendukung konservasi seperti pemulihan ekosistem sungai dan kawasan pesisir.
“Diharapkan mampu menyeimbangkan alam, mencegah bencana secara ekologis, serta menanam karma baik, sehingga masyarakat turut berkontribusi langsung dalam menjaga kelestarian lingkungan dan masa depan ekosistem pesisir Surabaya,” harapnya.
Sementara itu, peneliti senior ECOTON, Prigi Arisandi, menekankan pentingnya ketepatan lokasi dan jenis satwa dalam pelepasan.
“Ekosistem mangrove adalah habitat yang sangat spesifik. Biota yang dilepas harus sesuai dengan karakter ekosistemnya agar dapat bertahan hidup dan menjalankan fungsi ekologisnya, seperti menjaga rantai makanan, mengendalikan populasi organisme lain, dan memperkuat ketahanan pesisir,” jelas Prigi.
Menurutnya, Mangrove Gunung Anyar memiliki peran strategis sebagai penyangga pesisir Surabaya dari abrasi, pencemaran, dan dampak perubahan iklim. (*)



















