TOPMEDIA – Aktris Wulan Guritno kembali menjadi sorotan publik setelah tampil tanpa riasan dalam kampanye bertajuk “Insecurity Uncovered”. Dalam kampanye ini, Wulan memperlihatkan wajahnya secara natural tanpa polesan makeup, sebagai simbol keberanian dan penerimaan diri.
Langkah Wulan ini langsung menjadi bahan perbincangan di media sosial. Tak sedikit warganet yang memberikan komentar pedas terkait kondisi kulit wajahnya, mulai dari tekstur hingga noda hitam yang tampak jelas. Namun di sisi lain, banyak pula yang memberikan dukungan dan memuji keberanian Wulan tampil apa adanya di tengah budaya digital yang kerap menuntut kesempurnaan.
Bagi Wulan, tampil bare face bukan sekadar aksi simbolik, melainkan bentuk penerimaan dan kejujuran terhadap diri sendiri. Ia menyampaikan bahwa kampanye ini ingin mengingatkan perempuan agar tidak lagi merasa tertekan oleh standar kecantikan yang dibuat oleh masyarakat maupun media.
“Kita semua punya luka, punya ketidaksempurnaan. Tapi justru di sanalah letak keindahan dan kekuatan kita. Saat berani menerima diri apa adanya, kita akan merasa lebih bebas,” ujar Wulan Guritno dalam pernyataannya.
Kampanye “Insecurity Uncovered” sendiri merupakan gerakan sosial yang digagas oleh komunitas perempuan dan sejumlah figur publik untuk mengajak perempuan berdamai dengan luka, trauma, dan rasa tidak percaya diri. Gerakan ini ingin membangun ruang aman bagi perempuan agar berani menunjukkan diri tanpa rasa takut dihakimi.
Menurut penyelenggara kampanye, pesan utama dari gerakan ini adalah mengubah cara pandang terhadap kecantikan, dari sekadar tampilan fisik menjadi bentuk keberanian, empati, dan keaslian diri.
“Kami ingin mengajak perempuan untuk tidak menyembunyikan insecurities-nya, karena dari sanalah proses penyembuhan dan kepercayaan diri bermula,” ujar salah satu inisiator “Insecurity Uncovered”.
Melalui partisipasinya, Wulan Guritno berharap lebih banyak perempuan terinspirasi untuk mencintai diri sendiri tanpa perlu menutupi kekurangan. Ia menegaskan bahwa kepercayaan diri sejati tumbuh bukan dari kesempurnaan, melainkan dari penerimaan dan kasih pada diri sendiri. (*)
