TOPMEDIA – Tahun 2025 menjadi penanda comeback spektakuler Indonesia di sektor pangan. Setelah bertahun-tahun berjibaku dengan impor, Indonesia resmi mendeklarasikan penghentian total impor beras dan jagung. Sebuah loncatan besar yang mempertegas kedaulatan pangan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Kepastian swasembada ini terlihat jelas dari gudang-gudang Perum Bulog. Per awal Desember 2025, stok beras mencapai 3,8 juta ton dan bahkan sempat menyentuh angka 4,2 juta ton di pertengahan tahun. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah. Hebatnya, seluruh cadangan beras pemerintah (CBP) tersebut 100 persen berasal dari produksi petani lokal.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan, lonjakan ini tak lepas dari kebijakan yang sangat berpihak pada petani. Pemerintah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Gabah Kering Panen (GKP) dari Rp 6.000 menjadi Rp 6.500 per kilogram.
Aturan yang berlaku sejak 15 Januari 2025 ini mewajibkan Bulog dan penggiling swasta menyerap gabah sesuai harga pemerintah. Uniknya, TNI AD melalui Babinsa turut dilibatkan aktif mendampingi petani, memastikan penetapan HPP berjalan disiplin dan adil.
Dampaknya, produksi padi nasional pada Januari–Desember 2025 diproyeksikan mencapai 34,77 juta ton beras. Angka ini melampaui target 32 juta ton dan naik signifikan 13,54 persen dibanding tahun sebelumnya dimanan pada 2024 sekitar 30 juta ton.
Efek domino dari kedaulatan pangan ini membuat harga beras internasional pun anjlok drastis dari USD 650 menjadi USD 340 per ton. Negara-negara eksportir kini sibuk melobi agar Indonesia kembali membeli beras mereka yang menumpuk di gudang.
Tak hanya beras, Indonesia sukses mewujudkan swasembada jagung yang berjalan beriringan dengan dimotori Polri yang terjun langsung ke sawah. Wakapolri Komjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan bahwa realisasi tanam jagung program Polri telah mencapai 883 ribu hektare, mendekati target total 1,3 juta hektare hingga akhir 2025. Satgas Ketahanan Pangan Polri memproyeksikan hasil panen jagung mencapai 2,8 juta ton pada kuartal keempat.
Dengan dukungan lintas sektor ini, total produksi jagung nasional 2025 terus meningkat menuju target 4 juta ton, menopang penuh kebutuhan pangan dan pakan ternak di dalam negeri.
Capaian ini bukan sekadar statistik, melainkan fondasi stabilitas ekonomi. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB 2025 mencapai 14,35 persen (tertinggi dalam enam tahun terakhir) dengan Nilai Tukar Petani (NTP) di kisaran 124. Ekspor pertanian pun melonjak hingga Rp 507,78 triliun, menyerap hampir 39 juta tenaga kerja.
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) memastikan, swasembada beras dan jagung akan diumumkan secara resmi pada akhir tahun 2025. Setelah ini, fokus pemerintah akan beralih ke komoditas krusial lain, seperti gula putih dengan target swasembada pada 2026 dan kedelai. (*)



















