TOPMEDIA – Universitas Ciputra Surabaya (UC) menjadi tuan rumah penyelenggaraan TrainIQA Workshop 3 dan ASEAN-QA Forum 2025, sebuah forum penting yang membahas penjaminan mutu perguruan tinggi di kawasan Asia Tenggara. Acara ini didukung oleh DAAD Jerman, HRK (German Rectors’ Conference), Potsdam University, AQAN (ASEAN Quality Assurance Network), EUA (European University Association), dan SEAMEO RIHED.
Forum yang berlangsung selama lima hari ini menghadirkan trainer penjaminan mutu dari Jerman dan perwakilan dari sembilan negara ASEAN, yaitu Indonesia, Jerman, Laos, Thailand, Filipina, Myanmar, Timor Leste, Kamboja, dan Vietnam.
Frank Niedermeier, TrainIQA Project Leader dari Potsdam University, Jerman, menyatakan bahwa acara ini menjadi wadah penting untuk berbagi praktik terbaik dan pengetahuan dalam penjaminan mutu pendidikan antara ASEAN dan Eropa.
“UNESCO dan OECD menekankan bahwa AI mengubah cara kita belajar dan mengajar, serta menuntut sistem pendidikan untuk memikirkan kembali keterampilan yang harus dipertahankan dan yang dapat digantikan oleh AI,” ujarnya, Kamis (4/12).
ASEAN-QA Forum tahun ini mengangkat tema “Opportunities and Challenges in Higher Education Quality Assurance in the Era of AI,” yang menyoroti pentingnya kecerdasan buatan dalam proses pembelajaran, akreditasi, dan integritas akademik.

Head of Institutional Development & Quality Enhancement Universitas Ciputra Surabaya, Lenny1 Rosita, menekankan pentingnya kepercayaan yang diberikan DAAD kepada UC. “Dipercaya menjadi tuan rumah oleh lembaga internasional merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki kapasitas untuk menjembatani dialog global mengenai mutu pendidikan tinggi,” ujarnya.
Lenny menambahkan bahwa isu AI menjadi sorotan utama karena perubahan yang dibawanya tidak bisa dihindari oleh perguruan tinggi. “AI membuka peluang besar dalam efisiensi pembelajaran dan analisis mutu, tetapi juga menghadirkan risiko terhadap integritas akademik, keamanan data, dan kualitas asesmen. Melalui forum ini, kami merumuskan kerangka yang etis, bertanggung jawab, dan berpusat pada capaian pembelajaran mahasiswa,” jelasnya.
UC tidak hanya menjadi tuan rumah, tetapi juga berperan aktif dalam pengembangan diskusi mengenai masa depan penjaminan mutu, terutama terkait integrasi teknologi dan AI dalam proses akademik. “Kami ingin memastikan suara Indonesia hadir dalam pembahasan standar QA global dan mendorong kerja sama konkret antar perguruan tinggi di ASEAN dan Eropa,” pungkasnya. (*)



















