TOPMEDIA – Di tengah hiruk pikuk kota, sebuah tradisi unik dan penuh keceriaan masih lestari di kawasan pesisir Nambangan Bulak, Kedung Cowek, Surabaya. Setiap tahun, saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, warga di sini punya cara spesial untuk berbagi kebahagiaan dengan tradisi “rebutan uang”.
Tradisi ini bukan hanya sekadar membagikan uang, melainkan sebuah ritual sosial yang dinanti-nanti. Uang-uang kertas mulai dari pecahan Rp500 hingga Rp2.000 dilemparkan ke kerumunan warga, memicu sorak sorai dan tawa riang. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, semuanya antusias berebut, menciptakan pemandangan yang hangat dan penuh kebersamaan.
Animah, salah satu warga, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. “Senang, kan kita dapat berkahnya orang yang memberi,” ujarnya.
Ia berhasil mengumpulkan uang receh Rp4.500 dan berencana menggunakannya untuk membeli es teh. Keceriaan serupa juga dirasakan Damayanti, yang berharap suatu saat bisa ikut berbagi rezeki seperti yang lain.
Tradisi ini tak hanya soal uang. Di baliknya, tersimpan makna yang jauh lebih dalam. Muhammad Alaik, Pembina IPNU IPPNU Ranting Nambangan Cumpat, menjelaskan bahwa acara ini adalah agenda rutin warga untuk menyatukan masyarakat dan menumbuhkan kecintaan pada Nabi Muhammad SAW.
“Makna dari berebut uang itu adalah tradisi yang tak bisa dipisahkan dari tahun ke tahun. Warga rela mengeluarkan uang untuk berbagi,” kata Alaik. Ia berharap tradisi ini bisa terus diwariskan ke generasi mendatang, agar anak-anak memahami pentingnya perayaan Maulid Nabi dan menjaga tradisi lokal mereka.
Selain tradisi bagi-bagi uang, kemeriahan Maulid di Nambangan Bulak juga dimeriahkan dengan kirab atau pawai keliling. Warga berjalan bersama mengenakan pakaian ala Timur Tengah dengan mengarak bendera dan umbul-umbul yang dipasang di sepanjang jalan.
Hal ini menciptakan suasana yang semakin semarak. Di malam hari, kemeriahan berlanjut dengan tradisi berbagi barang rumah tangga seperti sapu dan gantungan baju yang semakin mempererat tali persaudaraan antarwarga. (*)