TOP MEDIA – Tidak semua tempat, daerah, dan negara menyambut baik pariwisata yang membludak di kawasannya. Salah satunya di Spanyol.
Spot wisata di Costa Del Sol merosot tajam angka kunjungannya akibat dampak demonstrasi penolakan wisata di sana selama bertahun-tahun.
Costa Del Sol mengalami penurunan sejak pandemi Covid-19. Tempat ini biasanya sangat ramai, namun saat ini sangat sepi. Banyak kursi dan meja di cafe-cafe yang setiap hari selalu penuh, kini kosong dan hanya terisi beberapa turis.
Penurunan ini dampak dari gelombang protes merata di seluruh negeri Matador itu. Ribuan orang di wilayah tersebut mengklaim bahwa pariwisata yang berlebihan membuat mereka harus keluar dari perumahan yang terjangkau. Tak hanya itu, biaya hidup dan pusat kota tidak dapat digunakan.
Majorca juga mengalami penurunan drastis. Pejabat setempat mengatakan bahwa kampanye anti-turis yang berlarut-larut telah “menakuti pengunjung,” sebab penduduk setempat mengatakan resort di sana benar-benar mati.
Surat kabar lokal, Sur, mengatakan bahwa angka kunjungan ke Costa Del Sol mengalami penurunan 2,2 persen di paruh pertama tahun ini. Tren yang meningkat sejak Maret, ketika pengunjung di titik terendah pada 57 persen.
Penurunan ini memicu kekhawatiran pelaku bisnis lokal. Namun, sebagian pelaku bisnis wisata menyebut ini sebagai jeda dari gempuran pariwisata yang berlebihan.
“Beritanya digambarkan buruk, tapi kenyataannya baik, pariwisatanya baik-baik saja, tetapi jumlah turis yang ke Malaga melebihi kapasitas kota, saya lebih suka melayani 10 turis yang baik, ketimbang 100 turis yang buruk” tulis seseorang.
Peristiwa ini memantik ragam pandangan turis yang mengomentari hal ini. Dikutip dari Dailymail, seseorang menuliskan: “Berita yang hangat, mari kita lihat, apakah kita berhenti bergantung dari pariwisata dan jaringan bisnis kembali ke Spanyol,” tulis xc70_volvoland.
“Pariwisata seharusnya diatur dengan cara tertentu. Apakah gelombang real estate meningkat dan orang di sini dapat membeli rumah kembali,” ucap seseorang.
Netizen bernama naaoxez menulis bahwa ini bagus jika turun. Jika berdampak negatif pada perdagangan, dirinya merasa kasihan akan nasib para pekerja di sana.
“Kami tidak ingin orang-orang Madagaskar terusir, kami ingin orang Madagaskar berkembang. Pariwisata memang bagus, tetapi Malaga perlu berkembang sesuai situasinya, dan yang terjadi adalah kami berada diatas apa yang dapat kami tanggung,” tulisnya.
DAMPAK DAN HARAPAN
Juanmi Ferrer selalu presiden asosiasi restoran memberi peringatan keras bahwa protes ini “menakuti pengunjung”.
Kemudian, Miguel Perez-Marsa, selaku kepala kehidupan malam disana mengatakan bahwa para turis yang diminati diusir dan mereka pindah ke destinasi lain, seperti ditulis di Majorca Daily Bulletin.
Padahal, di bulan Juli adalah puncak peningkatan jumlah turis di musim panas itu. Media lokal di sana menyebut situasi telah menjadi sangat buruk.
Bar, restoran, dan hiburan malam merosot tajam dampak dari gelombang protes ini. Pemandu wisata pun terdampak keras. Pedro Oliver, Presiden College Of Tour Guides mengatakan bahwa pesan anti pariwisata semakin menguat.
Lanjutnya, spot wisata terdampak mengalami penurunan hingga 20 persen di musim panas ini. Daerah yang paling terdampak yaitu Valldemossa, Palma, dan Port Soller, banyak turis Inggris, Jerman, dan Italia semua menjauh.
Operator wisata Proguises biasanya menawarkan 30 wisata per pelayaran, saat ini mereka hanya 12 sampai 14 pelayaran.
Asosiasi angkutan darat memperingatkan bahwa fobia pada pariwisata dan gagasan bahwa turis tidak diterima itu sangat merugikan.
Para petinggi transportasi disana melalui Rafel Roig mengatakan “anda tidak bisa menyebarkan pesan ini karena orang tidak mau pergi ke tempat yang mereka inginkan” serunya.
Sebuah sumber mengatakan bahwa turis asal Inggris paling kecewa dengan protes ini. Aktivis anti pariwisata di Spanyol ini dianggap mengacaukan semuanya.
Ribuan pengunjuk rasa pawai di Barcelona. Melambaikan plakat dan menyemprot turis dengan pistol air bersama rasa marah pada gelombang wisata yang dianggap berlebihan di Spanyol.
Banyak tulisan di banner pengunjuk rasa bertuliskan “cukup! Mari kita batasi pariwisata”. Menurut kepolisian setempat, sekitar 2.800 orang berbaris di sepanjang distrik tepi laut.
“Barcelona tidak untuk dijual” dan “Turis pulanglah” terbentang di antara pengunjuk rasa. Teriakan pendemo: “Turis ke luar dari lingkungan kami,” lantang di depan pintu-pintu hotel.
Meningkatnya biaya perumahan di Barcelona hingga 68 persen menjadi pemicu gerakan protes dalam satu dekade ini.
Aksi protes ini diorganisir oleh berbagai kelompok termasuk Friend Of Nature Of Tenerife (ATAN). Mereka berupaya mencegah wisatawan asing dan mendorong dewan untuk mengeluarkan undang-undang baru untuk melindungi dari dampak industri pariwisata. (*)



















