TOPMEDIA – PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi menghentikan kegiatan bisnis utamanya di bidang produksi alas kaki. Keputusan ini diambil melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 25 September 2025.
Dalam hasil rapat yang disampaikan ke publik pada Kamis (9/10/2025), perusahaan menyetujui perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar untuk menghapus kegiatan usaha industri alas kaki dari daftar bidang usaha perseroan.
“Pemegang saham menyetujui perubahan Anggaran Dasar Perseroan untuk menghapus kegiatan usaha industri alas kaki untuk kebutuhan sehari-hari,” tulis ringkasan risalah RUPSLB tersebut.
Selain itu, RUPSLB juga menyetujui pengunduran diri Rajeev Gopalakrishnan dari jabatannya sebagai Presiden Komisaris. Rajeev diketahui telah mengajukan pengunduran diri sejak 25 Juni 2025.
Langkah restrukturisasi bisnis ini dilakukan di tengah tekanan kinerja keuangan yang dialami perusahaan dalam beberapa tahun terakhir.
Bata Tutup Pabrik di Purwakarta
Sebelumnya, Bata telah menutup pabrik sepatu di Purwakarta, Jawa Barat, sejak 30 April 2024. Penutupan itu dilakukan karena permintaan terhadap produk yang dibuat di pabrik tersebut terus menurun.
Corporate Secretary PT Sepatu Bata Tbk, Hatta Tutuko, menjelaskan bahwa kapasitas produksi di pabrik tersebut sudah tidak seimbang dengan kebutuhan pasar.
“Permintaan pelanggan terhadap produk dari pabrik Purwakarta terus menurun. Kapasitas produksinya juga jauh melebihi kebutuhan yang bisa dipenuhi secara berkelanjutan oleh pemasok lokal,” jelas Hatta dalam keterangan resmi, Sabtu (4/5/2024).
Kinerja Keuangan Masih Tertekan
Berdasarkan laporan keuangan semester I 2025, Bata mencatat rugi bersih sebesar Rp 40,62 miliar. Meski jumlah kerugian itu lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp 127,43 miliar), penjualan justru anjlok 38,74 persen, dari Rp 260,29 miliar menjadi Rp 159,43 miliar.
Total aset perusahaan juga mengalami penurunan, dari Rp 405,66 miliar di akhir 2024 menjadi Rp 377,98 miliar per Juni 2025. Di sisi lain, total liabilitas tercatat Rp 434,53 miliar, dengan ekuitas hanya Rp 56,54 miliar.
Dengan berbagai perubahan tersebut, langkah Bata menghapus lini produksi sepatu dipandang sebagai upaya restrukturisasi besar-besaran untuk menyesuaikan arah bisnis di tengah tantangan industri ritel dan perubahan perilaku konsumen. (*)