Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
LIFESTYLE

Rama Duwaji: Seniman Cerdas di Balik Kemenangan Besar Zohran

33
×

Rama Duwaji: Seniman Cerdas di Balik Kemenangan Besar Zohran

Sebarkan artikel ini
toplegal

TOPMEDIA – Di tengah sorak sorai kemenangan Zohran Mamdani, Wali Kota Muslim pertama dalam sejarah New York, ada satu sosok yang mencuri perhatian tanpa perlu banyak bicara — Rama Duwaji, sang istri.

Perempuan berusia 28 tahun itu kini menjadi buah bibir dunia: bukan hanya karena pendamping hidupnya baru saja menulis sejarah, tetapi karena dirinya sendiri adalah sosok yang memancarkan pesona kecerdasan, seni, dan kepedulian sosial.

HALAL BERKAH

Rama lahir di Houston, Texas, pada 1997 dari keluarga keturunan Suriah. Ia tumbuh di antara dua dunia, tradisi Timur yang hangat dan dunia Barat yang dinamis. Kini, keluarganya menetap di Dubai, kota yang mencerminkan semangat kosmopolitan yang juga hidup dalam dirinya.

Sejak kecil, Rama sudah akrab dengan warna dan bentuk. Ia menempuh pendidikan di Virginia Commonwealth University School of the Arts, lalu melanjutkan gelar Master of Fine Arts di School of Visual Arts, New York. Dari sinilah langkahnya sebagai seniman visual mulai dikenal dunia.

Baca Juga:  Alasan Bella Shofie Mundur dari DPRD dan Fokus Bisnis Skincare

Sebagai kreator, Rama bukan sekadar melukis keindahan. Ia menghidupkan suara-suara yang sering diabaikan, perempuan, minoritas, dan rakyat tertindas. Isu kemanusiaan dan perjuangan untuk Palestina menjadi benang merah yang kerap muncul dalam karyanya, seolah mengingatkan bahwa seni baginya bukan sekadar ekspresi, tapi bentuk perlawanan yang lembut.

Karya yang Berbicara ke Dunia

Karya Rama melintasi batas. Ia seorang ilustrator, animator, dan pembuat keramik, yang tak hanya memamerkan karyanya di New York, tapi juga di berbagai pameran internasional. Klien-klien besar seperti The New Yorker, The Washington Post, BBC, Apple, Spotify, Tate Modern, hingga Cartier, pernah bekerja sama dengannya.

Gaya seninya khas, lembut tapi tegas, sederhana tapi penuh makna. Melihat karya Rama seperti membaca perasaan: ada empati, ada keresahan, dan ada cinta yang terselip di antara garis dan warna.

Baca Juga:  Film Horor Indonesia Go International, Dipromosikan di Busan, Korea Selatan
Rama bagai cahaya untuk Zohran, lebih dari seorang pendamping.

Kisah Cinta yang Bermula dari Layar Kecil

Kisah cinta Rama dan Zohran dimulai pada 2021 dengan cara yang nyaris tak terduga: lewat aplikasi kencan Hinge. Dua orang muda idealis, satu seniman, satu politisi, terhubung oleh percakapan kecil yang ternyata berubah menjadi perjalanan panjang.
Tiga tahun kemudian, pada Oktober 2024, mereka bertunangan.

Pernikahan mereka berlangsung dua kali, mencerminkan akar budaya yang beragam: upacara pribadi di Desember 2024, dan pernikahan sipil di Kantor Panitera Kota New York pada Februari 2025. Setelah itu, keluarga besar mereka berkumpul dalam perayaan hangat di Uganda dan Dubai dua tempat yang mencerminkan warisan masing-masing.

Kini mereka tinggal di Astoria, Queens, sementara Rama tetap aktif berkarya di studio seninya di Brooklyn, ruang yang menjadi saksi ide, warna, dan semangatnya.

Meski jarang tampil di depan publik selama kampanye, peran Rama di balik layar tak bisa diremehkan. Ia ikut merancang identitas visual kampanye Zohran dan membantu membentuk strategi media sosial yang memperkuat pesan progresif sang suami.
Senyap tapi berdampak, seperti banyak karyanya.

Baca Juga:  Ditangkap Bersama Onadio Leonardo, Beby Prisillia Tulis Pesan Menyentuh untuk Suami: “You’re a Good Person”

Dan kini, ketika nama Zohran Mamdani terpampang di seluruh media dunia, nama Rama ikut terucap dalam nada kagum. Ia bukan hanya “istri wali kota,” melainkan partner sejati, yang ikut menganyam visi perubahan lewat kreativitas dan kepekaan.

Rama Bagai Cahaya untuk Zohran

Bagi Rama, kemenangan ini bukan tentang politik. Ia melihatnya sebagai kemenangan empati, bukti bahwa suara keadilan dan kasih sayang bisa tumbuh di tengah hiruk-pikuk kota terbesar di dunia.
Ia tetap melanjutkan hidupnya dengan cara yang sama: mencipta, berkarya, dan menyuarakan hal-hal yang penting bagi hati nuraninya.

Dalam diam, ia menjadi refleksi dari apa yang sedang diperjuangkan New York hari ini,  kota yang ingin lebih inklusif, lebih lembut, dan lebih berani mencintai kemanusiaan. (*)

TEMANISHA.COM