TOPMEDIA – Pengadilan Arbritase Olahraga (CAS) menolak banding klub asal London, Crystal Palace.
Penolakan itu membuat tim berjuluk The Eagles gagal tampil di ajang Liga Eropa (European League).
Kondisi ini sontak membuat fans Crystal Palace geram. Mereka menganggap lembaga itu tidak adil.
Sebelumnya, Palace mengajukan banding ke CAS karena dicoret dari Liga Europa dan diharuskan tampil di Conference.
Hal ini disebabkan kepemilikan saham John Textor sebesar 20 persen di klub, dan juga memiliki saham di klub Perancis, Lyon.
Kepemilikan saham tersebut, dimana kedua klub sama-sama tampil di Liga Eropa dianggap melanggar ketentuan.
Lyon mendapatkan izin karena finish lebih baik ketimbang Palace di kompetisi domestik Liga Prancis.
Palace merasa Textor tidak ada lagi peran di klub yang bermarkas di Selhust Park karena telah menjual seluruh sahamnya di klub.
Sayangnya, banding itu tak menghasilkan keputusan dan hasil yang menggembirakan, CAS memutuskan Palace tetap berlaga di Conference League.
Sementara itu, CAS mengatakan bahwa Palace tidak dapat memberikan bukti dokumen penjualan saham milik Textor itu sebelum 1 Maret lalu.
Tak ayal, Palace begitu murka dengan keputusan ini. Mereka menuding UEFA tebang pilih dalam menerapkan aturan.
Tudingan itu mengacu pada banyaknya klub dengan satu kepemilikan tetapi dapat tampil di kompetisi yang sama.
Palace melihat persoalan ini bahwa UEFA sudah mencoreng prinsip keadilan di kompetisi.
“Di saat kami harusnya merayakan gelar juara Community Shield di Wembley kemarin, keputusan UEFA dan juga Pengadilan Arbritase Olahraga membuktikan bahwa prestasi dalam olahraga tidak berarti apa-apa,” ujar pernyataan Palace.
“Manajer dan pemain kami berhak tampil di Liga Europa setelah mengalahkan Manchester City di final Piala FA bulan Mei,” sambungnya.
Palace menganggap ada keistimewaan bagi klub, organisasi, dan individu bersama kekuasaan. Palace kehilangan kesempatan itu.
Lanjut pernyataan Palace, adanya pengaruh yang besar dan tidak sehat menghancurkan harapan dan impian fans Palace.
Ditambah, hal Ini dapat menjadi pertanda buruk bagi tim Eropa lainnya yang ingin bersaing dan maju, disaat aturan tak adil seperti ini.
Meski demikian, Crystal Palace akhirnya menerima keputusan untuk tampil di Conference League, meski masih tetap mengajukan tuntutan hukum pada UEFA. (*)