Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
ENTREPRENEURSHIP

Prospek Bisnis AMDK: Produk “Receh” yang Digeluti Raksasa Consumer Goods

7
×

Prospek Bisnis AMDK: Produk “Receh” yang Digeluti Raksasa Consumer Goods

Sebarkan artikel ini
Karena potensinya menjanjikan, banyak perusahaan consumer goods raksasa yang turut meramaikan bisnis AMDK. (Foto: Pinterest)
toplegal

TOPMEDIA – Bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia terus menunjukkan tren positif seiring meningkatnya kepedulian konsumen terhadap kualitas air bersih dan gaya hidup sehat.

Pertumbuhan urbanisasi, kebijakan sanitasi, dan kemudahan distribusi menciptakan peluang besar bagi pelaku usaha lama maupun pendatang baru.

TOP LEGAL PRO

Merk-merk seperti Aqua, Club, Cleo, Le Minerale, Pristine, Total, Crystaline, Equil, Amidis, Nestle Pure Life, dan masih banyak lagi mungkin sudah sangat familiar bagi telinga konsumen AMDK.

Bisnis AMDK memang terlihat receh, hanya menjual air minum, tak banyak bahan baku, tak banyak proses rumit, namun bisnis ini digeluti oleh sebagian besar perusahaan consumer good besar di Indonesia, bahkan global.

Seperti Danone, Indofood, Mayora Group, Wings Group, ABC Group, Orang Tua Group, Tanobel Food, dan masih banyak lagi.

Bisnis AMDK ini tak hanya memproduksi air minum ekonomis, tak sedikit pula perusahaan yang melirik pasar kelas atas dengan memproduksi produk premium.

Contohnya seperti Equilindo Lestari dengan ptoduk Equil-nya, Danone dengan Aqua Reflection, Tanobel Food dengan Cleo Platine.

Di tengah persaingan yang kian ketat, pemahaman tentang prospek dan strategi diferensiasi menjadi kunci keberhasilan.

Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya hidrasi dan gaya hidup sehat, permintaan terhadap produk AMDK terus melonjak. Indonesia, dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, menjadi pasar yang sangat potensial bagi industri ini.

Baca Juga:  Surabaya Dorong Inovasi Pelayanan Publik, Inovboyo 2025 Jadi Ajang Akselerasi Pembangunan Kota

Menurut data dari Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), pertumbuhan industri AMDK mencapai rata-rata 6–12% per tahun. Hal ini didorong oleh urbanisasi, peningkatan daya beli, dan preferensi konsumen terhadap produk yang praktis dan higienis.

Rachmat Hidayat, Ketua Umum Aspadin, mengungkapkan bahwa tiap tahun penjualan AMDK masih menunjukkan prospek yang baik dan mengalami pertumbuhan.

“Harapan kami penjualan AMDK dapat terus tumbuh, hal ini seiring peningkatan jumlah pasar dan didukung event-event seasonal,” jelasnya.

Sementara itu, Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas) optimistis industri air minum dalam kemasan (AMDK) akan mencatatkan pertumbuhan signifikan hingga 10 persen pada 2025. Optimisme ini didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat dan kepercayaan konsumen terhadap perekonomian nasional.

Sekretaris Jenderal Asparminas, Nio Eko Susilo, mengungkapkan industri air kemasan dalam satu dekade terakhir tumbuh 2 persen per tahun. “Pada 2025 kami mengantisipasi kenaikan penjualan yang lebih besar, mungkin mencapai 10 persen,” paparnya.

Potensi Pertumbuhan Bisnis AMDK

Beberapa faktor utama yang mendorong pertumbuhan bisnis air minum dalam kemasan di Indonesia antara lain:

  • Perubahan gaya hidup, dimana masyarakat semakin memilih produk yang praktis dan sehat.
  • Kekhawatiran terhadap kualitas air keran, banyak daerah belum memiliki akses air bersih yang konsisten.
  • Urbanisasi dan peningkatan pendapatan rumah tangga mendorong konsumsi air minum kemasan di kota besar.
  • Pemerintah memperketat standar sanitasi sehingga konsumen mencari produk yang terjamin mutu dan keamanannya.
  • E-commerce dan jaringan modern retail memperluas jangkauan distribusi hingga pelosok nusantara.
  • Pertumbuhan sektor pariwisata dan perhotelan meningkatkan permintaan AMDK di sektor komersial.
  • Inovasi produk membuat munculnya air mineral premium, infused water, dan air alkali memperluas segmen pasar.
Baca Juga:  Perusahaan Chef Arnold di Australia Resmi Dilikuidasi, Ini Fakta-Faktanya

Angka Penjualan

Nilai penjualan AMDK di Indonesia menunjukkan lonjakan signifikan dari USD 1,67 miliar pada 2015 hingga USD 10,24 miliar pada 2022, dengan perkembangan segmen botol, galon, dan gelas yang juga tumbuh double digit. Dukungan urbanisasi, regulasi kesehatan, dan kanal distribusi modern memperkuat prospek bidang ini.

Menurut laporan Euromonitor, nilai pasar AMDK di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari Rp 30 triliun pada tahun 2025, dengan dominasi segmen air mineral dan air galon isi ulang.

Dengan segmentasi premium dan ekonomis, produsen dapat menyesuaikan strategi harga dan fitur kemasan untuk meraih pasar yang berbeda.

Perusahaan Lama dalam Bisnis AMDK

  • Aqua (Danone Indonesia) Pelopor AMDK di Indonesia sejak 1973, memimpin pangsa pasar dengan inovasi kemasan dan program edukasi lingkungan.
  • Club (Indofood CBP Sukses Makmur) Hadir sejak awal 1990-an, memanfaatkan jaringan distribusi kuat Indofood untuk menjangkau konsumen di kota dan desa.
  • Le Minerale (Mayora Group) Diluncurkan pada 2015, cepat mendapatkan pangsa pasar lewat positioning ramah lingkungan dan desain botol yang modern.
Baca Juga:  Menghidupkan Warisan Lewat Batik: Kisah Anjani Sekar Arum dari Desa Sejahtera Astra Bumiaji

Pendatang Baru yang Masuk Industri AMDK

  • Aquviva (Wings Group, 2025) Menawarkan harga kompetitif dan fokus pada pasar digital serta kemasan plastik ramah lingkungan.
  • Crystalline (OT Group, 2022) Membidik segmen kelas menengah atas dengan varian water-plus yang diperkaya mineral alami.
  • Pristine (Sinar Mas, 2006, perluasan terbaru di 2024) Dikenal dengan pH tinggi dan teknologi filtrasi Jepang, kini berekspansi ke kanal health & wellness.

Segmen produk premium tak kalah menarik bagi pelaku usaha. Dengan perkembangan gaya hidup, peningkatan daya beli, dan meningkatnya sektor komersial menjadi potensi pasar bisnis AMDK.

PT Equilindo Asri (Equilindo Lestari) lewat brand Equil menjadi salah satu pemain kuat di pangsa pasar premium ini. Bahkan market share-nya mencapai 4,9%. Belum brand-brand ekonomis lain yang juga turut masuk ke pangsa pasar ini, seperti Danone dan Tanobel.

Ini membuktikan bahwa bisnis AMDK bukan sekadar bisnis receh low bugdet harga murah, namun memiliki peluang dan potensi besar dengan permintaan yang terus tumbuh.

Prospek bisnis AMDK di Indonesia sangat menjanjikan berkat pertumbuhan konsumsi yang stabil, penetrasi pasar yang belum merata, dan dukungan kanal distribusi digital.

Baik perusahaan mapan seperti Aqua, Club, dan Le Minerale maupun pendatang baru seperti Aquviva, Crystalline, dan Pristine dapat memaksimalkan peluang dengan diferensiasi produk, kualitas terjaga, dan strategi pemasaran yang adaptif. (*)

TEMANISHA.COM