Scroll untuk baca artikel
TOP Legal Open House
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
TOP NEWS

Program DASH 2025 untuk Cegah Bullying dan Pengaruh Negatif Digital

×

Program DASH 2025 untuk Cegah Bullying dan Pengaruh Negatif Digital

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Bullying. Freepik.
toplegal

TOPMEDIA-Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Dharma Wanita Persatuan (DWP) Surabaya meluncurkan program besar Dinamika Arek Suroboyo Hebat (DASH) 2025.

Program ini dirancang untuk membekali remaja dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, terutama isu perundungan (bullying) dan dampak negatif era digital.

HALAL BERKAH

Sosialisasi terbaru dilaksanakan di SMP dan SMA Dharma Wanita Persatuan (Dhani) Surabaya pada Kamis (20/11/2025).

Materi yang disampaikan mencakup dua sudut pandang penting: Bullying dalam Perspektif Psikologi dan Bullying dalam Perspektif Hukum.

Kegiatan ini menegaskan komitmen Pemkot Surabaya dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa.

Penasihat DWP Surabaya, Rini Indriyani, menuturkan bahwa remaja berada pada fase pencarian jati diri sehingga rentan terhadap pergaulan tidak sehat, bullying, dan paparan konten negatif daring.

Melalui program DASH, edukasi langsung diberikan ke sekolah-sekolah, mulai dari SD, SMP, MI, MTs, hingga pondok pesantren.

Materi yang disiapkan meliputi pencegahan bullying, pembangunan konsep diri, literasi digital, bahaya zat adiktif, serta strategi mengatasi masalah remaja sehari-hari.

Baca Juga:  JakParkir: Terobosan Pemprov DKI Atasi Parkir Liar, Jukir Jadi Petugas Resmi

“Saya sangat mengapresiasi program ini, karena membina anak-anak tidak bisa dilakukan satu pihak. Peran keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah harus berjalan bersama agar anak-anak tumbuh lebih percaya diri dan siap menghadapi masa depan,” ujar Bunda Rini.

Ia juga menyampaikan kebanggaannya terhadap siswa-siswi SMP dan SMA Dhani yang mampu memahami isu bullying, kesetaraan gender, hingga bentuk-bentuk perundungan baik secara siber maupun verbal.

Menurutnya, dampak bullying sangat serius dan dapat memicu korban berubah menjadi pelaku jika tidak segera ditangani.

Pendekatan persuasif menjadi metode utama sosialisasi DASH. Sama halnya seperti penanaman nilai sejak dini, penguatan motivasi dan pengingat yang konsisten akan membentuk pola pikir positif dalam diri siswa.

Salah satu kisah inspiratif turut dibagikan dalam kegiatan ini: seorang siswa yang sempat enggan bersekolah akibat perundungan fisik dan verbal akhirnya mampu bangkit, berdamai dengan diri sendiri, dan kembali nyaman belajar. Bunda Rini menekankan bahwa kehadiran orang tua dan guru sebagai tempat curhat yang nyaman menjadi kunci mencegah perundungan berkembang menjadi masalah serius.

Baca Juga:  Proyek Mobil Nasional Masuk Tahap Final, Optimistis 2027 Mulai Produksi

Ketua Yayasan SMP dan SMA Dhani, Dameria Triana Ambuwaru, menyampaikan terima kasih atas dukungan Pemkot Surabaya.

Ia menjelaskan bahwa pihaknya terus berkolaborasi dengan Dispendik dan DP3APPKB untuk mengintegrasikan nilai Pancasila, karakter, dan penguatan agama dalam kurikulum.

Tantangan terbesar saat ini adalah kurangnya pendampingan orang tua akibat kesibukan, sehingga sekolah akan mengadakan Kelas Parenting pada 2 Desember 2025.

“Kami berharap para orang tua dapat hadir agar memiliki pemahaman yang sama. Kami ingin orang tua dan guru menjadi teman curhat yang nyaman bagi anak,” ujarnya.

Di sisi lain, Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, menegaskan bahwa tujuan utama program ini adalah memastikan sekolah ramah anak benar-benar menjadi tempat yang aman, menyenangkan, dan membahagiakan.

Baca Juga:  Buka Sewa Sepatu Adidas, Surya Adi Meraup Untung dari Tren Casual yang Marak

Peran Guru BK akan diperkuat sebagai garda depan, sementara guru kelas 4 dan 5 SD juga akan diberikan peran pendampingan.

Pencegahan tidak hanya berfokus pada kekerasan fisik dan seksual, tetapi juga memastikan siswa memiliki tempat aman untuk bercerita.

Dispendik juga memaksimalkan peran Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) untuk mendeteksi gejala seperti anak murung atau enggan bersosialisasi. Hal ini penting untuk memastikan masalah dapat ditangani sejak dini.

Yusuf menambahkan bahwa era digital menjadi pemicu utama meningkatnya perilaku bullying. Anak-anak mudah meniru konten negatif tanpa memahami konsekuensinya.

Oleh karena itu, penguatan toleransi, interaksi sosial sehat, dan pembentukan konselor sebaya menjadi fokus utama pencegahan.

“Bullying berakar dari kurangnya toleransi. Guru harus sigap membaca karakter siswa. Deteksi cepat dan penanganan dini adalah kunci mencegah dampak jangka panjang terhadap mental anak,” tegasnya.

 

TEMANISHA.COM