TOPMEDIA – Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo menegaskan bahwa pengakuan dunia terhadap tempe sebagai pangan lokal Indonesia akan memberikan dampak besar bagi ekosistem UMKM.
Menurutnya, status tempe sebagai warisan budaya takbenda bukan hanya simbol identitas bangsa, tetapi juga peluang ekonomi yang dapat mendorong UMKM naik kelas.
“Saya ingin mengatakan kalau ini sudah jadi warisan budaya takbenda dan dampak ekonominya kepada UMKM pasti akan luar biasa,” ujar Giring dalam Seminar Budaya Tempe 2025 di Jakarta, Jumat (19/12/2025).
Tempe sebagai Peluang Ekonomi
Giring menyebut tempe memiliki potensi besar untuk mendongkrak pendapatan UMKM, seiring meningkatnya tren gaya hidup sehat dan kebutuhan pangan berbasis nabati.
Tempe tidak lagi hanya dianggap sebagai lauk pendamping, tetapi bisa diolah menjadi berbagai produk modern seperti stik goreng, isian burger, hingga crumble.
“Saya sempat melihat beberapa perusahaan Amerika sudah mulai membuat burger tempe. Jadi tempe bisa diolah menjadi begitu banyak hal,” jelasnya.
Ia mencontohkan batik yang kini diakui dunia sebagai identitas Indonesia berkat ekosistem yang berkembang pesat. Hal serupa, menurut Giring, harus dilakukan pada tempe agar berkelanjutan.
Salah satu komunitas yang sudah berkembang adalah Desa Beji di Kota Batu, Jawa Timur, yang mampu menghasilkan sekitar 7 ton tempe per hari dengan berbagai inovasi.
Upaya ke UNESCO
Sebagai bentuk pelestarian, Kementerian Kebudayaan telah mengajukan tempe sebagai warisan budaya takbenda UNESCO pada 31 Maret 2025, bersama Teater Mak Yong dan Jaranan. Giring optimistis tempe memenuhi seluruh elemen seleksi dan bisa segera diakui dunia.
“Ini adalah momen luar biasa untuk memperkenalkan budaya Indonesia yang sehat sekaligus membuat Indonesia naik level di tingkat dunia untuk gastronominya,” tegas Giring.
Nilai Sejarah dan Budaya
Secara historis, tempe berakar dalam kebudayaan Jawa sejak abad ke-17, tercatat dalam naskah klasik Serat Centhini.
Proses fermentasi alami yang dilakukan turun-temurun mencerminkan nilai gotong royong, hubungan harmonis manusia dengan alam, serta pemanfaatan sumber daya lokal yang berkelanjutan.
Pemerintah menilai pengakuan dunia terhadap tempe akan memperkuat ekosistem UMKM sekaligus menjadi diplomasi budaya Indonesia di sektor gastronomi.
Dengan pengajuan ke UNESCO, tempe diharapkan tidak hanya menjadi kuliner rakyat, tetapi juga simbol identitas bangsa yang mendunia.
“Pekerja migran membawa wajah bangsa ke dunia, begitu juga tempe. Ia adalah ekspresi budaya, ekonomi, dan martabat Indonesia. Tanggung jawab kita adalah memastikan ekosistemnya berkembang berkelanjutan,” pungkas Giring. (*)

















