TOPMEDIA – Pemerintah Kota Surabaya terus mempercepat revitalisasi pasar tradisional untuk menjaga eksistensi sekaligus meningkatkan daya saing di tengah gempuran ritel modern. Pasar tradisional dipandang bukan sekadar tempat transaksi jual beli, melainkan juga pusat perputaran ekonomi rakyat.
Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Kota Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma, menjelaskan, pengelolaan pasar di Surabaya terbagi dua, yakni di bawah PD Pasar Surya sebagai BUMD dan Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Dinkopumdag).
“PD Pasar Surya berada di bawah pembinaan kami. Fokusnya bukan hanya pada Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi juga pemberdayaan ekonomi masyarakat. UMKM mikro adalah fondasi pertumbuhan ekonomi Surabaya,” ujar Vykka, Selasa (30/9/2025).
Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi Surabaya pada triwulan II 2025 tercatat 5,24 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata provinsi maupun nasional. Ke depan, penguatan ekonomi akan diarahkan melalui sektor pasar tradisional dan pariwisata.
Saat ini, Pemkot Surabaya telah merevitalisasi 13 pasar tradisional dan akan melanjutkan secara bertahap pada tahun-tahun mendatang. Salah satunya, Pasar Keputran Selatan akan dibangun ulang khusus untuk perdagangan ayam.
“Revitalisasi juga akan menyasar pasar-pasar strategis, seperti Pasar Blauran dan Pasar Tunjungan. Ke depan, PD Pasar Surya akan bertransformasi menjadi Perseroda agar lebih fleksibel dan bisa bekerja sama dengan investor,” kata Vykka.
Kepala Dinkopumdag Surabaya, Febrina Kusumawati, menambahkan pihaknya juga mengelola 13 pasar, termasuk Pasar Nambangan, Pasar Sememi, Pasar Gunung Anyar, dan Pasar Dukuh Menanggal. Dinkopumdag secara rutin menggelar kegiatan kolaboratif, seperti pasar murah, untuk menghidupkan kembali aktivitas perdagangan.
“Tantangan utama adalah menciptakan kenyamanan bagi pembeli. Fokus kami meningkatkan kenyamanan agar pedagang dan pembeli merasa betah di pasar,” ucap Febri.
Direktur Utama PD Pasar Surya, Agus Priyo, menyebut pihaknya mengelola 64 pasar aktif dengan sekitar 12.000 pedagang. Dari jumlah itu, 10–15 pasar dalam kondisi baik, sementara sekitar 20 pasar memerlukan perhatian lebih.
“Pasar Tambahrejo, Kapasan, Genteng, hingga Wonokromo memiliki perputaran ekonomi yang tinggi. Kami akan fokus pada pasar yang berkembang dan perlu ditingkatkan lagi,” kata Agus.
Agus menambahkan, sejumlah pasar memiliki ciri khas tematik, seperti Pasar Kayoon dengan bunga segar, Pasar Blauran dengan jajanan pasar dan kuliner, Pasar Pabean dengan ikan segar, hingga Pasar Genteng dengan elektronik. Pasar-pasar ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga maupun wisatawan.
Meski demikian, Agus mengakui tantangan terbesar adalah menciptakan kenyamanan bagi pengunjung di tengah persaingan dengan pusat perbelanjaan modern. Karena itu, revitalisasi dan penataan ulang pasar tradisional menjadi kunci.
“Pasar Keputran Selatan akan menjadi proyek pertama yang benar-benar disulap menjadi bangunan baru. Setelah itu, Pasar Kembang akan dibersihkan menyeluruh,” ujarnya.
Dengan langkah-langkah ini, Pemkot Surabaya berharap pasar tradisional tidak hanya bertahan, tetapi juga bertransformasi menjadi ruang ekonomi rakyat yang modern, nyaman, dan tetap terjangkau. (*)