TOPMEDIA – Di balik sorot lampu dan tepuk tangan penonton, aktor Oka Antara menyimpan pandangan yang tajam tentang makna sejati seni peran. Saat dipercaya menjadi juri di sebuah ajang penghargaan film, ia berbicara bukan sebagai selebritas, melainkan sebagai seseorang yang telah lama hidup di panggung cerita dan kamera.
“Kalau aku, justru lebih sulit menilai yang bukan seni peran,” ujarnya dengan senyum tenang di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Baginya, akting bukan sekadar soal kemampuan menghafal dialog atau menciptakan improvisasi. Bertahun-tahun bergulat dalam industri membuat Oka bisa melihat lebih dalam—membedakan mana aktor yang benar-benar memberi kehidupan pada karakter, dan mana yang hanya bermain di permukaan naskah.
“Aku tahu, kapan seorang pemain melebihi dari skenario yang dikasih,” katanya pelan, namun penuh keyakinan.
Menariknya, Oka justru mengapresiasi aktor yang mampu tampil kuat tanpa banyak improvisasi. Bagi sebagian orang, improvisasi adalah bukti kebebasan berakting. Namun bagi Oka, terlalu banyak improvisasi justru bisa mengaburkan batas antara karakter dan diri pribadi sang aktor.
“Semakin pemain tidak improvisasi tapi karakternya tetap menarik, itu malah nilai plus buat gue,” ungkapnya. “Semakin dia improvisasi, semakin dia menjadi dirinya sendiri di film.”
Pernyataan itu seperti sentilan lembut, bahwa menjadi aktor sejati berarti menahan ego, memberi ruang bagi karakter untuk hidup lewat tubuh dan suara kita, tanpa harus menonjolkan pribadi di baliknya.

Oka juga mengkritik salah satu parameter penilaian yang kerap muncul di dunia perfilman: seberapa jauh perbedaan antara karakter yang dimainkan dengan kepribadian asli aktor. Baginya, ukuran itu terasa ganjil.
“Pertanyaan itu aku pribadi nggak ngerti,” katanya jujur. “Yang penting bukan seberapa jauh bedanya, tapi seberapa hidup karakter itu dibawakan.”
Bagi Oka, akting yang baik adalah tentang kejujuran, tentang kemampuan seorang pemain untuk setia pada naskah, namun tetap menghadirkan nyawa di setiap dialog dan gerakannya.
“Yang matters itu adalah bagaimana dia bisa bermain dengan baik, bernyawa, dan tetap setia sama skenario,” tutupnya.
Di dunia yang sering menyanjung kebebasan ekspresi tanpa batas, Oka Antara mengingatkan bahwa kadang justru dalam batasan, seorang aktor menemukan kejujuran terdalam dari sebuah peran. (*)



















