TOPMEDIA – Di tengah kondisi stabilitas politik dan keamanan dalam negeri menyusul gelombang aksi demonstrasi di sejumlah daerah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (1/9/2025). IHSG melemah 3,44% atau sekitar 269,15 poin ke level 7.561 pukul 09.01 WIB.
Menanggapi pelemahan tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi menyampaikan optimismenya bahwa ke depan pasar modal Indonesia akan kembali membaik, terlebih dengan adanya sinergi dari berbagai pihak yang sama-sama ingin memajukan pasar modal Indonesia.
“Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada pemerintah ya, dalam hal ini diwakili oleh Pak Menko. Sangat luar biasa, concern beliau, sinergi dan dukungannya terhadap pasar modal agar perdagangannya teratur, wajar, dan efisien. Kita lihat ternyata memang berdampak cukup positif,” katanya saat ditemui usai konferensi pers di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/9/2025).
Inarno juga mengimbau investor untuk bijak dalam berinvestasi dan tidak mudah terpengaruh isu yang belum terbukti kebenarannya.
“Saya juga mengimbau kepada para investor agar benar-benar bijak dalam berinvestasi, tidak berdasarkan rumor, tetapi pada fakta yang faktual. Itu yang penting dalam kondisi saat ini. Tetap percaya diri bahwa kita akan maju ke depan,” ujarnya.
Sebagai informasi, berdasarkan papan perdagangan di BEI, IHSG langsung melemah 3,44% atau sekitar 269,15 poin ke level 7.561 pukul 09.01 WIB. IHSG mencatat volume transaksi sebanyak 2,22 juta dengan nilai transaksi sebesar Rp 2,07 miliar di awal perdagangan.
Tercatat saham yang mengalami peningkatan tertinggi adalah PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) yang naik 27,16% ke harga Rp 206 per lembar saham.
Berdasarkan data perdagangan RTI Business hari ini, mayoritas saham tercatat melemah, dengan rincian 622 saham melemah, 24 menguat, dan 37 stagnan. IHSG juga diperkirakan bergerak di zona merah sepanjang hari ini.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menegaskan kesiapannya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan kecukupan likuiditas pasar. Pernyataan ini disampaikan di tengah gejolak pasar domestik, yang ditandai dengan aksi demonstrasi dan pelemahan nilai tukar rupiah serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) BI, Erwin Gunawan Hutapea, memastikan bahwa BI akan terus hadir di pasar untuk memastikan pergerakan Rupiah sejalan dengan nilai fundamentalnya melalui mekanisme pasar yang sehat.
Untuk meredam gejolak dan menyeimbangkan permintaan-penawaran valuta asing (valas), BI memperkuat langkah-langkah stabilisasi, baik di pasar domestik maupun luar negeri. Intervensi ini dilakukan antara lain melalui intervensi di pasar off-shore dengan transaksi non-deliverable forward (NDF).
Selain itu juga intervensi di pasar domestik dengan transaksi spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), serta pembelian dan penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Selain itu, BI juga memastikan kecukupan likuiditas Rupiah dengan menyediakan akses likuiditas bagi perbankan melalui berbagai instrumen, seperti transaksi repo, fx swap, pembelian SBN, dan lending/financing facility. (*)