TOPMEDIA – Bagi masyarakat Vietnam, nama Nguyen Thi Phuong-Thao bukan sekadar melekat pada dunia penerbangan.
Ia adalah lambang mimpi besar, keberanian yang menembus batas, dan keanggunan yang tumbuh dari semangat Doi Moi—gelombang reformasi ekonomi yang mengubah arah sejarah bangsa itu selamanya.
Thao bukan hanya dikenal sebagai perempuan pertama yang meraih status miliarder di Vietnam, tetapi juga sebagai ikon kebangkitan sosial, tanda berakhirnya masa kekurangan dan lahirnya era baru yang dipenuhi kesempatan.
Nguyen Thi Phuong-Thao lahir pada tahun 1970 di Hanoi, di masa ketika Vietnam akan keluar dari perang panjang dan terperangkap dalam sistem ekonomi sosialis yang mengekang kreativitas rakyatnya.
Ia tumbuh di masa Thoi Bao Cap, atau masa subsidi, ketika rakyat hidup dari jatah kupon dan beras busuk, dan memiliki sepeda tua saja sudah dianggap kemewahan luar biasa. Namun, di tengah keterbatasan itu, Thao kecil menyimpan tekad yang berbeda.
Ia tidak hanya bermimpi keluar dari kemiskinan, tapi ingin membuktikan bahwa perempuan Vietnam bisa menembus batas yang bahkan kaum laki-laki pun jarang berani sentuh.
Ketika mendapat beasiswa untuk belajar ekonomi di Moskow pada akhir 1980-an, dunia di sekitarnya sedang berubah cepat. Uni Soviet mulai goyah, dan pasar gelap menjadi denyut kehidupan sehari-hari.
Di sanalah, di kamar kecil asrama mahasiswa, Phuong-Thao menemukan panggilan hidupnya. Dengan naluri bisnis yang tajam dan keberanian luar biasa, ia mulai berdagang barang elektronik kecil, termasuk mesin faks yang kala itu menjadi simbol kemajuan teknologi.
Dalam usia 21 tahun, saat kebanyakan mahasiswa masih sibuk mengerjakan tugas kuliah, Thao sudah menjadi jutawan muda hasil jerih payahnya sendiri. Ia tahu bagaimana memanfaatkan peluang di tengah kekacauan — sebuah kemampuan yang kelak menjadi kunci kesuksesannya.
Thao pulang ke Vietnam pada awal 1990-an, tepat ketika reformasi Doi Moi mulai menunjukkan hasil.
Negara yang dulu penuh antrean panjang untuk beras kini mulai membuka diri terhadap ekonomi pasar.
Ia mendirikan sejumlah perusahaan di bidang keuangan, perdagangan, dan real estat, tetapi puncak kariernya datang ketika ia berani menantang industri yang paling kompleks dan paling maskulin: penerbangan.
Pada tahun 2011, ia mendirikan VietJet Air, maskapai penerbangan bertarif rendah pertama di Vietnam. Di tengah dominasi maskapai milik negara, banyak yang meragukannya.
Bagaimana mungkin seorang perempuan bisa menyaingi raksasa seperti Vietnam Airlines? Tapi Thao tidak gentar.
Ia memiliki visi sederhana namun revolusioner. Yakni, menjadikan langit Vietnam terbuka bagi semua kalangan. “Saya ingin setiap orang Vietnam, bahkan petani dan pelajar, bisa terbang dengan harga terjangkau,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Visi itu bukan sekadar strategi bisnis. Ia adalah bentuk demokratisasi ekonomi. VietJet mengubah cara orang Vietnam bepergian, dari kemewahan menjadi kebutuhan sehari-hari.
Dalam waktu kurang dari lima tahun, VietJet Air bukan hanya menguasai pasar domestik, tetapi juga terbang ke lebih dari 50 tujuan internasional.
Namun, nama Nguyen Thi Phuong-Thao benar-benar mendunia ketika pada tahun 2012, VietJet meluncurkan kampanye promosi yang kontroversial dengan menyiapkan pramugari berbikini di dalam pesawat.
Dunia internasional heboh. Sebagian menuduhnya menggunakan seksualitas sebagai strategi pemasaran.
Tapi Thao, dengan senyum tenang khasnya, menanggapinya dengan kalimat yang menjadi legendaris. “Jika itu membuat orang bahagia, maka kami juga bahagia. Bikini menunjukkan karakteristik yang indah dan membuat orang tersenyum.”
Di balik pernyataan itu tersembunyi filosofi bisnis yang dalam bahwa kebahagiaan pelanggan adalah inti dari inovasi, dan keberanian menabrak norma terkadang dibutuhkan untuk menggerakkan pasar.
Meski sempat menuai kritik, hasilnya berbicara sendiri. VietJet melonjak menjadi maskapai terbesar di Vietnam, bahkan menyaingi penerbangan nasional dalam jumlah penumpang.
Thao berhasil membawa perusahaannya go public di Bursa Saham Ho Chi Minh dan mengumpulkan modal lebih dari satu miliar dolar AS.
Ia menjadi perempuan terkaya di Vietnam dan salah satu dari sedikit miliarder perempuan di Asia Tenggara. Namun, lebih dari sekadar angka, yang membuat kisah Thao luar biasa adalah cara ia mendefinisikan ulang makna kesuksesan perempuan.
Nguyen Thi Phuong-Thao tidak pernah menyebut dirinya feminis. Ia jarang berbicara tentang kesetaraan gender, tetapi hidupnya sendiri adalah bukti paling kuat tentang apa yang bisa dicapai perempuan ketika diberi ruang untuk bermimpi dan bertindak.
Dalam survei nasional yang dikutip oleh Rainer Zitelmann dalam bukunya How Nations Escape Poverty, lebih banyak perempuan Vietnam (80%) dibanding laki-laki (72%) yang menyatakan bahwa menjadi kaya adalah hal penting dalam hidup mereka, sebuah anomali dibandingkan dua belas negara lain yang disurvei.
Fenomena ini tak lepas dari pengaruh figur seperti Thao, yang menunjukkan bahwa kekayaan bukan dosa, tetapi hasil dari kerja keras dan visi jernih.
Thao juga dikenal dermawan dan nasionalis. Ia berinvestasi di bidang pendidikan dan sosial, mendukung riset teknologi, dan mendirikan program beasiswa untuk perempuan muda berbakat di Vietnam.
Baginya, keberhasilan tidak berarti meninggalkan akar, melainkan memberi jalan bagi orang lain untuk tumbuh.
“Vietnam adalah tempat yang memberi saya kesempatan untuk bermimpi. Kini tugas saya adalah memberi kesempatan yang sama bagi generasi berikutnya,” katanya dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia.
Kini, setiap kali pesawat VietJet lepas landas, itu bukan sekadar perjalanan udara. Itu adalah simbol transformasi bangsa.
Dari seorang gadis muda yang menjual mesin faks di Moskow hingga menjadi miliarder yang mengubah wajah transportasi udara Asia, Nguyen Thi Phuong-Thao membuktikan bahwa keberanian, inovasi, dan ketekunan bisa mengangkat siapa pun — bahkan dari negara yang dulu dikenal karena kelaparannya.
Ia bukan hanya kisah sukses pribadi, tetapi juga metafora kebangkitan Vietnam: bangsa yang dulu mengantre untuk beras kini menembus langit.
Dalam dirinya, kita melihat wajah baru Vietnam — modern, percaya diri, dan tak kenal takut. Nguyen Thi Phuong-Thao adalah bukti bahwa perubahan sejati lahir dari keberanian untuk bermimpi besar dan bekerja tanpa henti demi mewujudkannya. (Edhy Aruman/Red)