TOPMEDIA – Di dunia politik, ada banyak cara untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan. Teori marketing politik banyak mengajarkan tentang bagaimana membuat citra diri (personal branding) dan banyak hal lainnya.
Namun, jika kekuasaan itu telah diraih, maka upaya mempertahankan itu yang harus dijaga agar tak menguap.
Di sini, kita mencoba membaca kejadian di ruang rapat Menko Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) saat dirinya tertangkap kamera sedang mengumpulkan sisa makanan di ruang rapat Menko bidang pangan, Rabu (30/7).
Peristiwa itu terekam dan diunggah di akun TikTok Partai Amanat Nasional (PAN).
Menko terlihat menyisir ruangan membuka kotak makanan dan memindahkan dalam kotak yang tersedia.
“Masih utuh,” kata Menko berusia 63 tahun itu. Makanan itu, dalam tayangan kemudian diberikan kepada awak media yang masih berada di sana.
“Makanan masih banyak banget, tadi, baru-baru,” kata Zulhas menukik dari CNN Indonesia. “Aku ambil satu. Pokoknya kita jangan ada makanan yang tersisa,” lanjut Zulhas.
Video itu ditonton 1,5 juta dan menuai ribuan komentar serta 32 ribu tanda menyukai.
EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS
Menerjemahkan kalimat Menko “masih banyak banget…” tentu menjadi paradoksal. Rapat di ruangan Menko bidang Pangan yang menyia-nyiakan makanan.
Iwan Fals pernah menulis lagu berjudul “Ethiopia”. Penggalan syair seperti ini, “kita berbicara kelaparan saat di meja makan”.
Ini sama hal dengan kejadian di ruang Menko tersebut. Bagaimana bisa pada eselon itu membicarakan makanan untuk seisi negeri namun membiarkan makanan tidak dimakan?.
Pengadaan konsumsi rapat itu pasti dengan indeks per kotak yang harga eksklusif. Ada yang sudah dimakan, ada yang dimakan sedikit, dan banyak yang tidak dimakan, terbukti bisa dibagi ke awak media yang sedang peliputan di sana.
Artinya, edaran untuk menghemat anggaran mungkin tidak menyentuh ke hal makanan seperti itu.
Atau, paling tidak, menghimbau seluruh peserta rapat untuk tidak makan terlebih dahulu di rumah atau diluar, agar sarapan bareng atau makan bareng bisa dilakukan bersama-sama dan tidak mubazir seperti itu.
Namun, jika memang itu sebagai konsumsi konten personal branding, kita tak bisa berbuat banyak akan hal itu.
Menjadikan sesuatu agar menjadi efektif memang harus diawali dengan efesiensi, paling tidak dari ruang rapat pejabat-pejabat seperti ini. (*)