TOPMEDIA-Gelandang Manchester United, Mason Mount, menyatakan keyakinannya untuk bersaing memperebutkan posisi gelandang serang (nomor 10) di bawah asuhan pelatih baru Ruben Amorim.
Ia bertekad membantu Setan Merah bangkit dari hasil mengecewakan musim lalu.
Setelah musim 2024/2025 yang terganggu akibat cedera, Mount kini telah pulih sepenuhnya dan tampil sebagai starter dalam laga final Liga Europa melawan Tottenham Hotspur.
Meski laga itu berakhir dengan kekalahan 0-1 di Bilbao, Mount tetap percaya diri menghadapi persaingan di lini tengah.
Manchester United sendiri telah mendatangkan dua penyerang baru, Matheus Cunha dan Bryan Mbeumo, dengan total belanja mencapai £135 juta.
Keduanya diproyeksikan mengisi lini depan dalam formasi 3-4-3 racikan Amorim. Selain itu, pelatih asal Portugal itu juga kerap menempatkan Bruno Fernandes, Kobbie Mainoo, dan Amad Diallo di posisi yang sama dengan Mount.
Namun, Mount tak gentar. Dalam sesi wawancara di hotel tim Manchester United di Chicago, ia menyatakan kesiapannya bersaing secara sehat.
“Di klub sebesar Manchester United, persaingan adalah hal yang wajar. Kami semua ingin menang dan berkontribusi sebagai tim. Saya tahu musim lalu hasilnya belum memuaskan, tapi sekarang saatnya bangkit dan melangkah ke level berikutnya,” ujar Mount seperti dilansir ESPN.
Ia juga menambahkan bahwa kedatangan pemain baru justru memberi semangat tambahan bagi tim.
“Saya selalu percaya pada kemampuan saya sendiri. Tapi ini bukan soal individu, ini tentang tim. Pemain baru sudah menunjukkan kualitas luar biasa di sesi latihan, dan itu memacu kami semua untuk tampil lebih baik,” lanjutnya.
Musim lalu, Mount hanya mampu tampil sebagai starter dalam lima pertandingan sejak Agustus hingga April, akibat cedera hamstring yang membuatnya absen selama tiga bulan. Namun ia berhasil kembali tampil di lima dari enam laga terakhir musim, termasuk final Liga Europa.
Mount mengaku kekalahan di laga final masih membekas dalam pikirannya selama liburan di Spanyol.
“Butuh waktu untuk benar-benar pulih secara mental. Sebagai pemain, saya terus memikirkan momen-momen kecil di pertandingan. Saya jadi bertanya-tanya, ‘Apa saya bisa melakukan umpan lebih baik?’ atau ‘Bisakah saya mengubah jalannya pertandingan?’” tutupnya.
