TOPMEDIA – Istri mantan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, yaitu Kim Keon-hee, resmi diperiksa oleh jaksa khusus terkait dugaan korupsi, manipulasi harga saham, serta suap dan praktik jual beli pengaruh (influence peddling) yang diduga terjadi selama pemilihan sela legislatif pada 2022.
Pemeriksaan ini merupakan bagian dari tiga penyelidikan terpisah yang menyoroti masa jabatan Yoon Suk-yeol, yang telah dimakzulkan dan kini sedang menjalani proses hukum.
Kim Keon-hee menjadi mantan ibu negara Korea Selatan pertama yang berstatus tersangka dalam kasus kriminal.
Pemeriksaan yang berlangsung tertutup selama lebih dari tujuh jam, Kim menyampaikan permintaan maaf di hadapan media sebelum memasuki kantor kejaksaan.
Ia mengaku bahwa dirinya “bukan siapa-siapa” dan menyesal telah menimbulkan kekhawatiran publik. Ia menyatakan akan bekerja sama sepenuhnya dalam penyelidikan tersebut.
Jaksa sedang mendalami dugaan keterlibatan Kim dalam manipulasi harga saham perusahaan dealer mobil impor Deutsch Motors, serta dugaan suap dan intervensi dalam proses pencalonan anggota parlemen yang menimbulkan spekulasi pengaruhnya dalam krisis politik yang berujung pada pemakzulan suaminya.
Selain kasus terbaru ini, Kim Keon-hee sempat terseret sejumlah skandal lain selama masa kepresidenan suaminya, termasuk tuduhan penggelapan pajak pada 2019, kontroversi terkait pameran seni, serta tuduhan menerima hadiah mahal yang kemudian dikaitkan dengan dugaan korupsi.
Skandal-skandal tersebut telah ikut membayangi dan memperburuk posisi politik Yoon Suk-yeol.
Saat pemeriksaan, Kim Keon-hee didampingi oleh tim penasihat khusus yang dipimpin oleh Min Joong Ki, dan proses berlangsung tanpa layanan khusus untuk menghindari tuduhan perlakuan istimewa.
Di luar kantor kejaksaan, puluhan pendukung Yoon Suk-yeol menggelar aksi sebagai bentuk dukungan, meski situasi dijaga ketat polisi.
Kasus ini menjadi titik penting dalam sejarah politik Korea Selatan karena menandai penanganan hukum yang ketat terhadap keluarga pejabat tinggi negara, sekaligus memperlihatkan dinamika politik yang belum usai setelah pemakzulan presiden Yoon Suk-yeol atas upayanya memberlakukan darurat militer secara kontroversial. (*)