Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
EDUTECHLIFESTYLE

Kontroversi Bayi Tiga Orangtua di Inggris, Adakah Aspek Etis yang Diterabas?

10
×

Kontroversi Bayi Tiga Orangtua di Inggris, Adakah Aspek Etis yang Diterabas?

Sebarkan artikel ini
Janin bayi dalam kandungan. (Foto: Wikipedia)
toplegal

TOPMEDIA – Di tengah perdebatan etika, sebuah inovasi medis di Inggris telah memberikan harapan baru bagi keluarga yang berjuang melawan penyakit mitokondria.

Sebuah eksperimen menggunakan teknik fertilisasi in vitro (IVF) atau pembuahan di luar kandungan (di laboratorium) yang melibatkan DNA dari tiga orang, berhasil melahirkan delapan bayi yang sehat.

TOP LEGAL PRO

Teknik kontroversial yang sering disebut sebagai “bayi tiga orang tua” ini, menjadi sorotan global. Meski demikian, para ahli menyebutnya sebagai terobosan yang dapat mengubah kehidupan.

Metode IVF ini ditempuh untuk mencegah penyakit mitokondria, sebuah kelainan genetik langka yang melemahkan organ vital dan sering berujung fatal yang diturunkan dari pihak ibu ke anak.

Baca Juga:  Mate: Rahasia yang Membuat Pria Inggris Dinilai Lebih Sopan daripada Wanitanya

Penyakit mitokondria adalah kondisi genetik yang parah dan belum ada obatnya. Penyakit ini memengaruhi satu dari 5.000 kelahiran dan dapat menyebabkan gejala serius, seperti gangguan penglihatan dan penyusutan otot.

Mitokondria sendiri adalah organel dalam sel yang berfungsi sebagai “pembangkit tenaga” dan menghasilkan energi untuk seluruh aktivitas sel.

Mitokondria memiliki DNA-nya sendiri yang unik dan diwariskan secara eksklusif dari pihak ibu. Karena itulah, penyakit yang disebabkan oleh DNA mitokondria hanya diturunkan dari ibu ke anak.

Pada dasarnya, prosedur ini menggabungkan DNA dari tiga individu yang tak disebutkan identitasnya:

  • Yang pertama DNA inti sel dari ibu yang memiliki penyakit mitokondria.
  • Yang kedua tentu sperma dari ayah.
  • Yang ketiga adalah DNA mitokondria yang sehat dari sel telur seorang donor.
Baca Juga:  TOP Product Nusantara: Perpaduan Tradisi dan Inovasi untuk Masa Depan Pangan Indonesia

Prosedur ini disetujui di Inggris sejak tahun 2015. Dengan cara ini, bayi yang lahir hanya membawa sekitar 0,1% DNA dari donor, sehingga genetik utama tetap berasal dari orang tua biologis.

Eksperimen yang dilakukan oleh Newcastle University di Inggris dan Monash University di Australia ini telah menunjukkan hasil positif. Dari 22 wanita yang menjalani perawatan di Newcastle Fertility Centre, delapan bayi berhasil lahir.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada enam bayi, jumlah DNA mitokondria yang bermutasi berkurang hingga 95-100%, dan pada dua bayi lainnya berkurang 77-88%. Angka-angka ini berada di bawah ambang batas yang dapat menyebabkan penyakit.

Meskipun kesehatan anak-anak ini terus dipantau, keberhasilan ini memberikan harapan besar. Hingga saat ini, Amerika dan Prancis belum menyetujui prosedur serupa, sebagian besar karena alasan etis.

Baca Juga:  Rubicon Itu Bukan Model, Tapi Tipe – Yuk, Kenalan Lagi dengan Jeep Wrangler!

Pihak yang menentang menganggap prosedur ini sebagai penghancuran embrio manusia dan menciptakan “bayi rakitan.”

Namun, para ahli medis berpendapat bahwa manfaatnya jelas dan dapat mengubah kehidupan keluarga yang menderita salah satu penyakit genetik yang belum ada obatnya. (*)

TEMANISHA.COM