Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
INTERNATIONAL

Ketika Drakor dan K-Pop Jadi Ancaman Hidup di Korea Utara

35
×

Ketika Drakor dan K-Pop Jadi Ancaman Hidup di Korea Utara

Sebarkan artikel ini
toplegal

TOPMEDIA – Korea Utara kembali jadi sorotan dunia. Menurut laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), rezim Kim Jong Un diketahui mengeksekusi warganya hanya karena menonton atau membagikan drama Korea (drakor) dan K-Pop.

Dalam laporan yang dirilis Jumat, 12 September 2025, PBB menyebut selama satu dekade terakhir masyarakat Korea Utara hidup di bawah penderitaan, ketakutan, dan pengawasan ketat berbasis teknologi. Warga nyaris tak punya ruang kebebasan, termasuk untuk berbicara atau mengakses hiburan dari luar negeri.

ROYALTI MUSIK

“Tidak ada populasi lain yang berada di bawah pembatasan seperti itu di dunia saat ini,” ungkap laporan yang disusun berdasarkan kesaksian lebih dari 300 saksi dan korban yang berhasil melarikan diri.

Baca Juga:  Rusuh Meluas, Nepal Tutup Bandara dan Seluruh Penerbangan Internasional Juga Domestik

Sejak era pandemi COVID-19, eksekusi terhadap pelanggaran politik maupun tindakan sehari-hari disebut meningkat tajam. Undang-undang baru bahkan menetapkan hukuman mati bagi siapa pun yang menyebarkan konten asing, termasuk serial TV Korea Selatan.

Selain hukuman mati, laporan itu juga menyoroti praktik kerja paksa terhadap anak-anak. Mereka kerap dipaksa masuk ke “brigade kejut” untuk bekerja di sektor berbahaya seperti pertambangan dan konstruksi. PBB menyebut kondisi ini bisa dikategorikan sebagai bentuk perbudakan modern.

Tinjauan PBB ini melanjutkan laporan penting pada 2014 yang sudah lebih dulu mendokumentasikan berbagai kejahatan kemanusiaan di Korea Utara: mulai dari eksekusi, penyiksaan, pemerkosaan, hingga kamp penjara dengan puluhan ribu tahanan.

Baca Juga:  Konflik Israel-Palestina Pengaruhi Industri Perfilman Hollywood, Gal Gadot: Bikin Snow White Gagal di Box Office

“Jika Korea Utara terus berjalan di jalur ini, rakyatnya hanya akan semakin menderita dalam penindasan dan ketakutan,” kata Volker Turk, Kepala Hak Asasi Manusia PBB.

Hingga kini, misi diplomatik Korea Utara di Jenewa maupun London belum memberi tanggapan atas temuan tersebut. (*)

TEMANISHA.COM