TOPMEDIA – Upaya mempercepat pemerataan ekonomi di daerah semakin mendapat perhatian dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). Melalui anak perusahaan KAI Commuter, mereka tengah menyiapkan sebuah layanan transportasi baru yang diproyeksikan mampu menjadi solusi penting bagi para petani dan pedagang kecil. Inovasi ini diberi nama “Kereta Petani dan Pedagang”, sebuah layanan berbasis rel untuk memudahkan mobilitas barang dan hasil pertanian dari sentra produksi menuju pasar.
Program ini pertama kali dihadirkan di Provinsi Banten. Kehadiran kereta ini sekaligus menjadi wujud dukungan KAI terhadap Program Asta Cita Pemerintah, terutama terkait percepatan ketahanan pangan nasional dan pemerataan ekonomi di berbagai wilayah. KAI menilai bahwa selama ini distribusi hasil tani banyak mengalami hambatan karena bergantung pada transportasi darat dan jalur yang terbatas.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, menjelaskan bahwa kereta ini bukan sekadar alat angkut barang. “Kereta Petani dan Pedagang merupakan simbol transformasi pelayanan publik yang semakin inklusif, karena transportasi tidak hanya untuk mobilitas orang, tetapi juga mendukung ekonomi kerakyatan,” jelasnya. Lebih membanggakan lagi, rangkaian kereta ini dirancang dan diproduksi oleh Balai Yasa Surabaya Gubeng. Uji coba lintas perdana telah dilakukan pada 15 Agustus 2025 sebagai langkah memastikan kesiapan operasional dan keamanan perjalanan.
Anne menambahkan bahwa transportasi berbasis rel memiliki peran penting untuk memperkuat rantai pasok dan pendistribusian barang. Terutama di daerah-daerah yang selama ini sangat bergantung pada angkutan darat konvensional, kereta dianggap menawarkan solusi yang lebih cepat, stabil, dan efisien dari segi biaya.
Berdasarkan data dari BPS Provinsi Banten tahun 2023, terdapat lebih dari 609 ribu usaha pertanian perorangan di wilayah tersebut. Banyak di antara para petani masih menghadapi tantangan dalam mengirimkan hasil panennya ke pasar, sehingga harga jual produk belum maksimal. Kehadiran kereta ini diharapkan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan antara produsen dan pasar dengan lebih efektif.
Respon masyarakat juga sangat positif. Melalui survei terhadap pengguna Commuter Line Merak, lebih dari 81 persen petani dan pedagang menyambut baik rencana ini. Bahkan, sebagian responden mengusulkan agar jadwal keberangkatan pagi dapat menyesuaikan waktu operasional pasar tradisional agar proses pengiriman menjadi lebih tepat waktu.
Pada tahap awal, layanan akan difokuskan pada lintas Rangkasbitung, menggunakan jalur dan jadwal Commuter Line Merak yang sudah ada. Meski begitu, akan ada penyesuaian waktu berhenti dan fasilitas bongkar muat di beberapa stasiun agar kegiatan distribusi dapat berjalan aman dan tertata.
KAI bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan juga terus melakukan koordinasi intensif untuk menuntaskan persiapan teknis, mulai dari keselamatan, jalur, hingga pengaturan operasional. Semua dilakukan agar peluncuran resmi dapat berjalan lancar dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Hingga September 2025, jumlah pengguna Commuter Line Rangkasbitung telah mencapai 56,8 juta penumpang, meningkat hampir 10 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini menunjukkan geliat ekonomi yang terus tumbuh di Banten, dan keberadaan Kereta Petani dan Pedagang diyakini dapat mendukung momentum tersebut sekaligus membuka akses yang lebih luas bagi pelaku usaha kecil untuk berkembang. (*)



















