Scroll untuk baca artikel
TOP Legal Open House
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
TOP NEWS

Kelompok Teroris Sekarang “Nongkrong” di Game Online untuk Cari Anak-Anak

×

Kelompok Teroris Sekarang “Nongkrong” di Game Online untuk Cari Anak-Anak

Sebarkan artikel ini
toplegal

TOPMEDIA – Kewaspadaan untuk para orangtua dan gamer, Densus 88 Antiteror Polri baru saja merilis modus baru yang dipakai jaringan terorisme untuk merekrut anggota. Tidak kaleng-kaleng, caranya cukup mengejutkan: lewat game online.

Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, menjelaskan bahwa para perekrut ini memanfaatkan fitur chat atau komunikasi yang ada di dalam game daring.

HALAL BERKAH

Bayangkan saja, saat anak-anak kita sedang asyik bermain dan mabar (main bareng), mereka juga berinteraksi lewat chat di game itu. Nah, di situlah bibit-bibit komunikasi ini mulai ditanam oleh jaringan teroris.

Berawal dari Game ke Grup Rahasia

Mayndra menerangkan, interaksi awal di game itu kemudian dibawa ke tahap yang lebih serius. Setelah saling kenal dan komunikasi terjalin, si perekrut akan membawa anak-anak ini ke kanal komunikasi yang lebih privat dan terenkripsi, seperti grup di aplikasi pesan khusus.

Baca Juga:  Menteri Purbaya Ungkap Alasan Soeharto Bertahan 31 Tahun, Stabilitas Ekonomi Jadi Kuncinya

Intinya, mereka dipindahkan ke grup yang lebih kecil, lebih tertutup, dan tidak bisa diakses sembarang orang. Di grup inilah, yang dikelola oleh admin tertentu, proses yang paling berbahaya dimulai: proses indoktrinasi.

Ada Proses Doktrinasi 

Proses “cuci otak” ini tidak dilakukan secara tiba-tiba. Menurut Mayndra, ada tahapannya. Awalnya, anak-anak ini dibuat tertarik dulu dan nyaman mengikuti grup tersebut. Mereka tidak langsung dicekoki ideologi terorisme. Setelah rasa percaya dan ketertarikan terbentuk, barulah mereka diarahkan ke grup privat tempat doktrinasi berlangsung.

Kabar ini makin mengkhawatirkan karena Densus 88 juga sudah menangkap lima orang yang bertugas merekrut anak-anak dan pelajar melalui ruang digital, termasuk media sosial, aplikasi pesan, dan, tentu saja, game online.

Baca Juga:  Hasil Studi Harvard Mengungkap Bahwa Indonesia Jadi Negara Paling Bahagia

Bahkan, Densus 88 telah mengidentifikasi 110 anak yang merencanakan aksi teror di berbagai wilayah sepanjang tahun 2025. Jumlah ini meningkat tajam, menunjukkan betapa masifnya penyebaran doktrin terorisme di dunia maya.

Proses rekrutmen terorisme kini benar-benar pindah ke dunia daring. Jadi, perlu perhatian ekstra dari kita semua terhadap aktivitas komunikasi anak-anak, bahkan saat mereka sedang asyik bermain game. (*)

TEMANISHA.COM