Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
TOP NEWS

Kardinal Suharyo Mengajak Indonesia “Tobat Nasional”: Sebuah Panggilan untuk Bercermin

22
×

Kardinal Suharyo Mengajak Indonesia “Tobat Nasional”: Sebuah Panggilan untuk Bercermin

Sebarkan artikel ini
toplegal

TOPMEDIA – Indonesia, sebuah bangsa besar dengan beragam persoalan, kini mendapat seruan yang mengejutkan dari Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo. Ia mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk melakukan “tobat nasional”, sebuah istilah yang mungkin terdengar religius, namun maknanya jauh lebih dalam. Ini adalah ajakan untuk refleksi kolektif dan pengakuan jujur atas berbagai kelemahan yang sedang melanda bangsa.

Mengapa Tobat Nasional?

ROYALTI MUSIK

“Kita harus berani mengakui kelemahan dan kesalahan yang ada, baik di ranah eksekutif, legislatif, maupun yudikatif,” kata Kardinal Suharyo dalam pesannya. Ia menyoroti fenomena di mana kritik, masukan, dan pemikiran konstruktif dari para akademisi, tokoh masyarakat, hingga kelompok sipil seringkali hanya menjadi wacana, tanpa tindak lanjut.

Baca Juga:  Jawaban Dokter Ahli Soal Tudingan Kecurangan Hasil Tes DNA Lisa Mariana

Ia mempertanyakan, “Apakah suara-suara tersebut benar-benar diperhatikan oleh para pengambil keputusan? Atau hanya sekadar lewat begitu saja?” Pertanyaan retoris ini menyiratkan kekecewaan yang mendalam terhadap kondisi di mana aspirasi rakyat tak lagi dianggap serius oleh para pemimpinnya.

Kardinal Suharyo juga mengingatkan kembali cita-cita luhur kemerdekaan dan harapan besar menuju Indonesia Emas 2045. Namun, ia menekankan bahwa semua itu tidak akan terwujud bila bangsa ini tidak mau jujur menilai kondisi yang ada sekarang dan berbenah dengan sungguh-sungguh.

Lebih dari Seruan Panggilan Hati 

Mendengar kata “tobat”, banyak orang mungkin berpikir tentang urusan spiritual pribadi. Namun, Kardinal Suharyo menjelaskan bahwa tobat nasional memiliki makna yang lebih luas. Ini adalah ajakan untuk menata ulang dasar-dasar kehidupan berbangsa. Bukan hanya seruan moral, melainkan sebuah gerakan untuk membangun “teologi publik” yang berpihak pada kehidupan bersama, bukan sekadar mendukung kepentingan kekuasaan.

Baca Juga:  Ahmad Sahroni Dimutasi dari Posisi Wakil Ketua Komisi III DPR, Buntut Sebut Pendemo Orang Tolol Sedunia?

Melalui tobat nasional, ia berharap masyarakat sipil tidak hanya diperlakukan sebagai objek kebijakan, melainkan sebagai subjek yang memiliki peran penting dalam sejarah bangsa. Tobat ini juga bukan akhir dari masalah, melainkan permulaan dari sebuah kesadaran kolektif.

“Republik ini hanya bisa bertahan dan berkembang apabila kembali menjadi rumah bagi seluruh rakyat, bukan sekadar benteng yang menguntungkan segelintir orang,” tegasnya. Dalam konteks inilah, ia menyebut nama Affan Kurniawan, yang menjadi simbol pengingat bahwa negara yang meniadakan masa depan anak mudanya adalah negara yang harus segera bertobat.Sebuah

Panggilan untuk Kerendahan Hati 

Seruan untuk introspeksi ini diharapkan dimulai dari Presiden Prabowo Subianto dan dijalankan secara serentak di seluruh Indonesia. Kardinal Suharyo meyakinkan, tidak ada yang perlu malu untuk mengakui kesalahan di hadapan Tuhan, tanpa saling menyalahkan atau menjatuhkan satu sama lain.

Baca Juga:  Cukai Minuman Berpemanis Hanya untuk Produk Pabrikasi, Chatime Dkk Aman

Dengan demikian, tobat nasional bukanlah ajakan untuk menunjuk jari, melainkan sebuah panggilan untuk merenung, bercermin, dan bersama-sama mencari jalan keluar. Ini adalah sebuah langkah awal yang jujur dan berani untuk memperbaiki diri demi masa depan Indonesia yang lebih baik. (*)

TEMANISHA.COM