TOP MEDIA – Banyak cara untuk belajar dari sebuah motivasi atau dorongan. Ada sosok yang pantas menjadi motivasi secara tindakan dan keinginan kuat pada perubahan.
Adalah Ignasius Jonan, mantan Dirut PT KAI sejak 2009-2014 yang berhasil mencatatkan prestasi terbesar.
Setahun sebelum ia menjabat, PT KAI merugi Rp 150 miliar. Setahun setelahnya, PT KAI mencatatkan pendapatan Rp4,2 triliun dan keuntungan Rp83 miliar.
Terobosan dan ide cemerlang alumni Universitas Airlangga ini membawa banyak perubahan pada moda transportasi yang banyak diminati masyarakat ini.
Namun, perjalanan mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia ini tak semulus yang dibayangkan.
Jonan pernah memiliki keinginan mundur dari jabatan saat dirinya memegang kendali kereta api Indonesia.
Jonan merasa SDM KAI 70% tak kredibel dalam pekerjaan. Namun, Jonan memiliki etos kerja pantang menyerah dan leadership yang sangat baik.
Saat dirinya hampir menyerah, Jonan teringat filosofi leadership saat beliau menempuh pendidikan di Amerika.
“Seratus domba dipimpin seekor Singa, mereka akan bertarung seperti Singa. Namun, seratus Singa dipimpin seekor domba, mereka akan seperti domba.”
Filosofi ini membuat Jonan merenung. “Ini jadi renungan saya. Selama ini saya sering menyalahkan mereka, padahal, akar masalahnya mungkin saya yang belum menjadi ‘Singa’” kata Jonan.
Perlahan Jonan membangun pondasi KAI dengan humanis. Dia menciptakan iklim kerja yang tak berisi tekanan.
“Kalau tim gak kuat lari maraton, jangan dipaksa. Lari pendek-pendek saja dulu” serunya.
“Mulailah dari yang paling mudah” sambungnya.
Hal yang dimaksud paling mudah adalah dan paling kecil yaitu mengganti lampu dan membersihkan toilet.
“Masa 50 perbaikan kecil kereta api enggak berubah. Buktinya sekarang berubah kan! ” sahut Jonan seperti ditulis aksoro.id.
Fokus dan konsisten pada perbaikan kecil-kecil menjadi prioritas dirinya.
“Goal-nya dikecilin, waktunya dipendekin” ucap Jonan. Hal ini bukan berarti menjadi target murahan, namun keberhasilan kecil membuat tim lebih percaya diri.
Jonan mengatakan bahwa jangan sampai kehabisan energi di awal, maka sebaiknya belajar begerak perlahan dan terus menerus.
Jonan menancapkan filosofi bekerja yang penuh dedikasi dan integritas.v”Belajarlah menurunkan kecepatan” sambungnya.
Jonan mengatakan bahwa organisasi besar itu seperti kereta dengan banyak kuda penarik. Artinya, jika semua diwajibkan kencang seperti kuda paling kuat, maka kuda yang lemah tumbang.
Dengan kecepatan yang stabil dan terukur serta seiring sejalan, maka semua akan sampai ditujuan dengan sempurna secara bersama-sama.
Jonan tak hanya mampu membuat perubahan drastis di tubuh per-keretaapi-an Indonesia. Tapi, ada banyak nilai dan etos kerja yang ia wariskan dengan sangat elok.
Jonan memberi DNA “revolusi” kereta api yang elegan, yang hingga hari dan detik ini bisa dirasakan manfaatnya dari ide dan gagasan perubahan yang baik.
Jika saja Ignasius Jonan menyerah diawal beliau ditunjuk sebagai kepala PT KAI, mungkin kita tak merasakan perubahan berarti hari ini di moda idola masyarakat ini. (*)