TOPMEDIA – Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya industri periklanan sebagai penggerak utama ekonomi kreatif Indonesia.
Menurutnya, usaha periklanan memiliki efek pengganda yang mampu meningkatkan subsektor lain seperti televisi, radio, desain grafis, musik, film, animasi, seni pertunjukan, hingga kuliner.
Riefky menyebut periklanan bukan sekadar promosi, melainkan sarana yang mengubah komoditas menjadi gaya hidup.
“Periklanan membungkus nilai ekonomi dengan cerita. Iklan mengubah komoditas menjadi gaya hidup. Industri periklanan lah yang menggerakkan roda konsumsi domestik, yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia,” ujarnya dalam siaran pers kementerian di Jakarta, Sabtu (13/12/2025).
Riefky menyampaikan bahwa periklanan berkontribusi signifikan pada perkembangan industri media dan hiburan global.
Berdasarkan laporan PwC Global Entertainment & Media Outlook 2024–2028, total pendapatan iklan global pada 2026 diproyeksikan mencapai USD 1 triliun, dengan kontribusi 55 persen terhadap pertumbuhan industri hiburan dan media lima tahun ke depan.
Di Indonesia, menurut Dentsu Advertising Market Report, pengeluaran iklan diproyeksikan meningkat 5,1–5,4 persen selama 2025–2027. Kanal digital menjadi motor pertumbuhan dengan kontribusi 10–12 persen.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat subsektor periklanan berhasil menarik investasi sebesar Rp 2,77 triliun pada semester pertama 2025.
Angka ini menempatkan periklanan dalam daftar lima besar subsektor penarik investasi terbanyak, bersama aplikasi, fesyen, kriya, dan kuliner.
Industri periklanan Indonesia dipandang sebagai tulang punggung ekonomi kreatif dengan efek pengganda yang besar.
Selain mendorong subsektor lain, periklanan juga menarik investasi triliunan rupiah dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan industri media global. (*)



















