TOPMEDIA – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur melaporkan tren penurunan kasus HIV dalam tiga tahun terakhir, dengan jumlah kasus baru hingga Oktober 2025 tercatat sebanyak 8.962. Angka ini menurun signifikan dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 10.556 kasus.
Dari total tersebut, ditemukan 75 kasus HIV pada anak, sebagian besar akibat penularan dari ibu yang positif HIV dan tidak menjalani pengobatan.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Erwin Astha Triyono, menegaskan bahwa HIV-AIDS dapat dicegah dan diobati.
“Kunci utama pencegahan adalah menghindari perilaku seks berisiko serta penggunaan narkoba suntik, disertai deteksi dini dan pengobatan yang tepat,” ujarnya dikutip, Senin (15/12/2025)/
Menurut Erwin, penemuan kasus menjadi strategi paling efektif untuk mengakhiri epidemi HIV dan menuju target eliminasi HIV-AIDS tahun 2030.
Semakin dini seseorang terdeteksi dan mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV), maka risiko penularan dapat ditekan dan angka harapan hidup orang dengan HIV-AIDS (ODHIV) akan semakin baik.
Data Dinas Kesehatan Jatim menunjukkan penurunan kasus HIV dari 10.671 kasus pada 2023, menjadi 10.556 kasus pada 2024, dan turun lagi menjadi 8.962 kasus hingga Oktober 2025.
Distribusi kasus terbanyak berada di Kota Surabaya (983 kasus), disusul Kabupaten Jember (632), Sidoarjo (549), Pasuruan (418), Malang (415), Kota Malang (410), Lumajang (401), Banyuwangi (385), Nganjuk (294), dan Probolinggo (289).
Kasus HIV di Jawa Timur masih didominasi laki-laki sebesar 65 persen, sedangkan perempuan 35 persen. Pada kelompok remaja usia 15–19 tahun, kasus menurun dari 333 pada 2024 menjadi 255 kasus hingga Oktober 2025.
“Penurunan ini menunjukkan adanya perbaikan dalam upaya pencegahan pada kelompok usia remaja,” kata Erwin.
Sementara itu, kasus HIV pada anak mencapai 75 kasus atau 1,05 persen dari total ODHIV di Jawa Timur. Penularan dari ibu ke anak dapat dicegah melalui pemeriksaan antenatal care (ANC) sejak awal kehamilan.
“Jika status HIV ibu diketahui lebih dini, pengobatan dapat segera diberikan untuk menekan jumlah virus sehingga risiko penularan ke bayi dapat diminimalkan,” jelas Erwin.
Dinas Kesehatan Jawa Timur menegaskan komitmen untuk terus menekan angka HIV melalui strategi Test and Treat, yakni skrining dini dan pengobatan ARV gratis.
Upaya ini diharapkan mampu menurunkan penularan sekaligus meningkatkan kualitas hidup ODHIV.
“Skrining HIV dan pengobatan ARV gratis akan terus dilakukan. Ini adalah pendekatan terbaik untuk menemukan kasus secara dini, segera memberikan pengobatan, menurunkan angka penularan, dan meningkatkan kualitas hidup ODHIV,” pungkas Erwin. (*)



















