TOPMEDIA – Dalam kehidupan dunia digital menghasilkan ragam persoalan sosial, salah satunya produk dari sosial media itu sendiri.
Di Harvard, peneliti dari T.H. Chan School Of Public Health menemukan temuan mengejutkan.
Wanita yang mengalami stalking atau penguntitan memiliki risiko terkena serangan kardiovaskular atau cardiovascular diseases (CDV) berupa serangan stroke dan jantung.
Jurnal Circulation di sebuah studi tersebut menyoroti tentang kekerasan psikologis tanpa melalui kontak fisik dapat menimbulkan dampak kesehatan mental yang serius.
“Bagi banyak orang, stalking mungkin tidak tampak begitu serius, karena tidak melibatkan kontak fisik” ungkap profesor epidemiologi psikiatri di T.H Chan School Of Public Health, Karestan Koenen.
Menurutnya, stalking memiliki konsekuensi psikologis yang mendalam dan dapat menimbulkan dampak fisik.
Dijelaskan pula, kekerasan non-kontak secara umum dialami wanita harus dianggap sebagai ancaman bahaya kesehatan secara serius.
Ini sama hal dengan pola makan yang buruk, merokok, alkohol, dan nutrisi yang tak mumpuni lanjut Koenen.
Temuan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS memperkirakan, wanita yang pernah merasakan stalking setidaknya dari mantan pasangan atau kenalan, dapat terjadi pada satu dari tiga wanita.
Analisis data penelitian pada wanita berusia 36-56 tahun selama 20 tahun, hasilnya sangat mengejutkan:
- Wanita yang pernah mengalami stalking berpotensi terkena serangan jantung-stroke mencapai 41%.
- Wanita yang pernah meminta perlindungan, potensi terkena penyakit jantung-stroke 70% lebih tinggi.
- Ditemukan juga dose-response pada wanita yang menjadi korban stalking dengan memiliki risiko yang sangat tinggi.
Koenen mengungkap, tekanan psikologis yang kuat menyebabkan stres kronis yang dapat menggangu sistem syaraf, hal ini yang menyebabkan penyakit cardiovascular menyerang. Sebab, hal itu dapat merusak fungsi pembuluh darah dan memengaruhi mekanisme biologis lainnya.
“Temuan kami menunjukkan, untuk mengurangi resiko CVD pada wanita, perhatian lebih besar harus diberikan pada pengalaman kekerasan yang mereka alami,” tambah Koenen dikutip dari detikHealth.
“Dalam dunia kesehatan, kita perlu meningkatkan skrining untuk stalking dan bentuk kekerasan lainnya, serta menyediakan sumber daya bagi perempuan untuk melindungi diri mereka sendiri,” tandasnya. (*)