TOPMEDIA – Di tengah maraknya konten kuliner digital, nama Farida Nurhan atau yang akrab disapa “Omay” menjadi salah satu sosok yang paling berpengaruh.
Bukan hanya karena gaya review-nya yang khas dan menghibur, tetapi juga karena komitmennya dalam mempromosikan produk UMKM kuliner lokal.
Lewat kanal YouTube dan media sosialnya, Farida aktif mengangkat usaha kecil seperti warung kaki lima, gerobakan, hingga dapur rumahan agar dikenal lebih luas oleh masyarakat. Dukungan ini menjadikannya bukan sekadar food vlogger, tetapi juga penggerak ekonomi kerakyatan.
Farida Nurhan lahir pada 3 September 1982 di Lumajang, Jawa Timur. Ia memulai karier sebagai konten kreator kuliner sejak 2017 dan kini memiliki jutaan pengikut di YouTube dan Instagram.
Gaya khasnya yang blak-blakan, penuh ekspresi, dan jargon “Awor-awor emplok” membuat kontennya mudah dikenali dan disukai berbagai kalangan
Yang membedakan Farida dari food vlogger lain adalah fokusnya pada UMKM. Ia kerap mengunjungi warung sederhana, pedagang kaki lima, dan pelaku usaha rumahan untuk mencicipi dan mempromosikan produk mereka.

Dalam berbagai unggahan, Farida tak segan duduk di pinggir jalan, berbincang hangat dengan pemilik usaha, dan memberikan ulasan jujur yang membangun.
Contoh nyata dukungannya terlihat saat ia mengulas nasi goreng gerobakan ala Pak Dhe, bakso keliling, hingga jajanan pasar yang jarang diliput media arus utama.
Farida juga sering mengajak pengikutnya untuk membeli langsung dari pelaku UMKM dan membagikan lokasi usaha tersebut agar mudah ditemukan.
Meski sempat berseteru dengan sesama food vlogger, Farida tetap konsisten dengan misinya: mengangkat UMKM kuliner agar bisa bersaing di era digital.
Ia percaya bahwa makanan enak tidak harus mahal dan usaha kecil layak mendapat panggung yang sama dengan restoran besar.
Farida Nurhan bukan hanya seorang food vlogger, tetapi juga sosok inspiratif yang berperan aktif dalam mendukung pertumbuhan UMKM kuliner di Indonesia.
Lewat kontennya yang jujur, merakyat, dan penuh semangat, ia membantu pelaku usaha kecil mendapatkan eksposur dan pelanggan baru.
Di tengah tantangan ekonomi dan persaingan digital, dukungan seperti ini sangat berarti. Farida membuktikan bahwa media sosial bisa menjadi alat pemberdayaan, bukan sekadar hiburan.
Kiprahnya layak diapresiasi dan dijadikan contoh bagi kreator konten lain yang ingin memberi dampak nyata bagi masyarakat.



















