TOPMEDIA – Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) pada triwulan III 2025 tercatat solid sebesar 5,22 persen year on year (yoy). Angka ini menjadikan Jatim sebagai kontributor terbesar kedua pertumbuhan ekonomi nasional, menurut laporan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jawa Timur.
Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim, M Noor Nugroho, menyampaikan bahwa perekonomian Jatim diperkirakan tumbuh di kisaran 4,7–5,5 persen (yoy) sepanjang 2025 dengan inflasi tetap terjaga pada level 2,5±1 persen.
“Pada tahun 2026, perekonomian Jawa Timur diperkirakan semakin tumbuh kuat di kisaran 4,8–5,6 persen, ditopang keyakinan konsumen, penjualan ritel, serta adanya stimulus pemerintah,” ujarnya, Minggu (30/11/2025).
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menegaskan optimisme terhadap prospek ekonomi nasional.
“Perekonomian Indonesia ke depan akan lebih baik dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dan berdaya tahan, meski ketidakpastian global masih tinggi,” katanya.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 berada di kisaran 4,7–5,5 persen, meningkat lebih tinggi pada 2026 dan 2027 masing-masing dalam kisaran 4,9–5,7 persen dan 5,1–5,9 persen.
Perry menambahkan, konsumsi dan investasi yang meningkat serta ekspor yang cukup baik akan menjadi penopang utama.
“Inflasi akan tetap terjaga rendah dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada 2026 dan 2027, didukung konsistensi kebijakan moneter, fiskal, sinergi pengendalian inflasi pusat-daerah, serta penguatan Program Ketahanan Pangan Nasional,” jelasnya.
Selain itu, Perry menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap lima tantangan global, yakni kebijakan tarif AS, perlambatan ekonomi dunia, tingginya utang dan suku bunga negara maju, risiko sistem keuangan global, serta maraknya uang kripto dan stablecoins swasta.
Dengan capaian pertumbuhan 5,22 persen, Jawa Timur menegaskan perannya sebagai motor ekonomi nasional.
Bank Indonesia optimistis tren positif ini akan berlanjut pada 2026, ditopang konsumsi, investasi, dan stimulus pemerintah.
Meski demikian, kewaspadaan terhadap ketidakpastian global tetap diperlukan agar stabilitas ekonomi dan sistem keuangan Indonesia tetap terjaga. (*)



















