TOPMEDIA – Dana Moneter Internasional (IMF) mengeluarkan peringatan terbaru terkait kondisi ekonomi global yang mulai menunjukkan gejala perlambatan.
Dalam konferensi pers yang dikutip dari Reuters, Juru Bicara IMF Julie Kozack menyatakan bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi sempat stabil di paruh pertama 2025, tekanan tarif dan penurunan ekspor mulai memengaruhi dinamika pasar global.
“Kami melihat pertumbuhan global di paruh pertama tahun ini masih stabil. Tetapi, kini mulai terlihat tanda-tanda perlambatan,” ujar Kozack, dikutip Sabtu (4/10/2025).
IMF menyoroti bahwa tarif impor menjadi salah satu pemicu inflasi inti di Amerika Serikat. Sementara itu, inflasi umum tercatat meningkat di Inggris, Australia, dan China. Di sisi lain, tekanan inflasi di China dan beberapa negara Asia lainnya relatif rendah karena permintaan ekspor yang melemah akibat kebijakan tarif.
Kozack menjelaskan bahwa dampak tarif terhadap inflasi di AS masih terbatas karena banyak perusahaan menyerap beban tersebut.
Namun, ia mempertanyakan berapa lama kondisi ini bisa bertahan jika tekanan tarif terus berlanjut. “Pertanyaannya, sampai kapan perusahaan bisa menyerap beban tarif tanpa menaikkan harga?” tambahnya.
IMF juga mengumumkan bahwa laporan terbaru World Economic Outlook akan dirilis pada 14 Oktober 2025. Laporan tersebut akan membahas secara rinci dampak tarif terhadap ekonomi AS dan tren inflasi global.
Selain itu, tinjauan tahunan IMF terhadap kebijakan ekonomi AS melalui Article IV dijadwalkan keluar pada November.
IMF menegaskan bahwa perlambatan ekonomi global bukan hanya dipicu oleh ketidakpastian tarif, tetapi juga oleh penurunan permintaan ekspor dan melemahnya pasar tenaga kerja.
Kondisi ini menjadi alasan utama bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga pada pertemuan September lalu.
Dengan laporan World Economic Outlook yang segera dirilis, dunia menanti arah kebijakan ekonomi global di tengah tekanan geopolitik dan volatilitas pasar. (*)