TOPMEDIA-Didit Hediprasetyo, desainer ternama sekaligus putra Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, kembali mencuri perhatian dunia mode dan olahraga internasional.
Kali ini, Didit dipercaya merancang jersey resmi untuk salah satu tim sepak bola di kompetisi elite Liga Italia Serie A. Jersey dengan dominasi warna biru tersebut bukan sekadar seragam olahraga, melainkan simbol diplomasi budaya antara Indonesia dan Italia.
Desain jersey ini menonjolkan elemen estetika yang menggabungkan kekuatan warna biru sebagai simbol ketenangan, kepercayaan diri, dan kemewahan.
Biru juga memiliki makna historis bagi sepak bola Italia, yang lekat dengan julukan “Gli Azzurri”. Dalam rancangan Didit, warna biru tersebut dipadukan dengan aksen yang mewakili identitas Indonesia, menjadikan jersey ini sebagai karya fesyen yang tak hanya artistik, namun juga memiliki nilai simbolik yang tinggi.
Kerja sama ini menjadi langkah penting dalam mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Italia, terutama dalam bidang budaya, olahraga, dan industri kreatif. Melalui kolaborasi ini, Didit membuktikan bahwa diplomasi bisa dijalankan melalui berbagai medium, termasuk fashion dan olahraga.
Didit Hediprasetyo memang bukan nama baru di dunia mode internasional.
Ia dikenal sebagai desainer yang pernah memamerkan koleksi busananya di Paris Fashion Week dan menjadi satu-satunya perancang busana asal Asia Tenggara yang diundang secara reguler dalam ajang prestisius tersebut.
Gaya desainnya dikenal mewah, modern, dan selalu menyelipkan unsur tradisi dalam sentuhan kontemporer.
Dengan keterlibatannya dalam dunia sepak bola, Didit menunjukkan bahwa kreativitas tidak mengenal batas.
Ia mampu menjembatani dunia mode dan olahraga, dua industri yang sama-sama memiliki pengaruh besar dalam membentuk citra dan diplomasi suatu negara.
Rancangan jersey ini juga diharapkan mampu mendongkrak citra positif Indonesia di mata internasional, khususnya di Eropa.
Kehadiran desainer Indonesia dalam kancah sepak bola Serie A Italia menjadi bukti bahwa kreativitas anak bangsa mampu menembus pasar global.
Kolaborasi ini menjadi awal dari peluang-peluang besar lainnya. Didit berharap ke depannya akan ada lebih banyak desainer Indonesia yang mendapat panggung di industri global, baik melalui fashion, seni, maupun medium lainnya.
Karya ini sekaligus menjadi inspirasi bahwa diplomasi tak selalu harus dilakukan lewat meja perundingan, tapi bisa juga lewat kreativitas dan kolaborasi lintas disiplin.