Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
FAMILY BUSINESSES

Cyber Greed, Hancurnya Bisnis Keluarga di Era Digital (2): Arus Uang yang Tak Terpantau

13
×

Cyber Greed, Hancurnya Bisnis Keluarga di Era Digital (2): Arus Uang yang Tak Terpantau

Sebarkan artikel ini
toplegal

BEBERAPA bulan setelah peluncuran Brajantara Digital Store, bisnis keluarga tampak seperti sedang berada di puncak. Pesanan datang setiap hari. Notifikasi transaksi masuk hampir tak berhenti. Tapi di balik layar, ada sesuatu yang perlahan mulai janggal.

Suatu pagi, aku, Brina, sedang memeriksa laporan bulanan. Angka penjualan di dashboard menunjukkan total transaksi lebih dari dua miliar rupiah. Namun, saldo rekening perusahaan hanya bertambah kurang dari separuhnya.

HALAL BERKAH

Aku langsung menghampiri Broto di ruang kerjanya. Ia tampak santai, duduk di depan tiga monitor besar sambil memantau grafik transaksi.

“Broto, laporan bulan ini tidak masuk akal,” kataku. “Penjualan naik, tapi saldo tidak sesuai. Uang kita ke mana?”

Baca Juga:  Drama Tes DNA Hancurkan Bisnis Keluarga (7): Keputusan Besar

Broto tidak menoleh. “Tenang, Kak. Itu karena sistem payment gateway belum settlement. Biasanya butuh waktu seminggu.”

Aku mengernyit. “Setiap bulan jawabannya begitu. Tapi selisihnya makin besar, Bro.”

Bram masuk tak lama kemudian, membawa berkas dari bagian keuangan. “Aku baru cek, ada transaksi besar yang tidak tercatat di buku kas. Siapa yang memindahkan dana ke rekening virtual atas nama Brajantara Digital Service?”

Broto terdiam. Matanya gelisah. “Itu… akun operasional tambahan, Mas. Supaya lebih cepat buat bayar iklan dan influencer.”

Bram membentak, “Tanpa izin direksi?!”

Papa masuk, wajahnya kebingungan. “Ada apa ini ribut-ribut pagi-pagi?”

Bram menunjuk layar komputer. “Pa, Broto buat rekening baru tanpa sepengetahuan kita. Uang masuk ke situ, bukan ke rekening utama. Sekarang jutaan transaksi tidak bisa kita lacak.

Baca Juga:  7 Alasan Gen Z Memilih Profesi Entrepreneur sebagai Karier yang Menjanjikan

Papa menatap Broto tajam. “Benar itu?”

Broto mencoba menjelaskan, “Pa, ini sistem digital. Semua serba otomatis. Kalau kita masih pakai cara lama, kita nggak akan bisa bersaing.”

Papa memukul meja. “Bersaing bukan berarti melanggar aturan! Ini perusahaan, bukan permainan!”

Malam itu rumah hening. Hanya suara notifikasi transaksi dari ponsel Broto yang terus berbunyi. Mama mencoba menenangkan suasana, tapi tak ada yang bisa menutupi fakit bahwa da uang yang hilang, dan jejaknya ada di dunia digital.

Aku duduk di kamar, menatap laporan keuangan yang kacau. Di kepalaku hanya satu pertanyaan berputar: apakah ini masih transformasi digital, atau sudah jalan menuju kehancuran digital?

Baca Juga:  Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (1): Warisan yang Memecah Keluarga

(Bersambung ke Series 3: Jejak keuangan digital terungkap, transaksi misterius, dan rahasia besar Broto yang perlahan terbuka.)

TEMANISHA.COM