Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
EDUTECH

China Mendominasi Riset Kecerdasan Buatan, Tinggalkan AS dan Eropa

36
×

China Mendominasi Riset Kecerdasan Buatan, Tinggalkan AS dan Eropa

Sebarkan artikel ini
toplegal

TOP MEDIA – Dunia riset kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) memasuki babak baru. China muncul sebagai negara dengan kekuatan penelitian yang kian berkembang, melampaui Amerika Serikat, Inggris, dan bahkan Uni Eropa yang selama ini dianggap sebagai pusat perkembangan teknologi global.

Laporan yang dirilis Digital Science baru-baru ini menegaskan bahwa jumlah publikasi ilmiah tentang AI dari China bukan hanya paling tinggi, tetapi juga menyedot perhatian dunia.

TOP LEGAL PRO

Data menunjukkan, lebih dari 40 persen sitasi atau rujukan riset AI global kini merujuk pada karya ilmuwan dan institusi asal Negeri Tirai Bambu tersebut.

Dari Tertinggal Menjadi Pemimpin

Jika ditarik ke awal tahun 2000-an, jumlah publikasi riset AI di seluruh dunia masih di kisaran 10 ribu. Namun dua dekade kemudian, tepatnya 2024, angkanya meledak hingga sekitar 60 ribu publikasi.

Lonjakan ini diikuti dengan pergeseran peta kekuatan seperti Amerika Serikat yang dulu dominan di segala sisi kini perlahan disalip oleh China yang terus melaju hingga menempati posisi puncak sejak 2018.

Baca Juga:  Delapan Siswa Berkebutuhan Khusus Sabet Medali Internasional Di Ajang Tata Boga

China berhasil membangun mesin riset yang tidak hanya besar, tetapi juga terkoordinasi. Mereka menyadari sejak awal bahwa AI adalah masa depan, lalu mendesain ekosistem penelitian untuk mengejar target jangka panjang.

Bukan Sekadar Publikasi, Juga Inovasi

Dominasi China tidak berhenti pada jumlah sitasi. Mereka kini juga mencatatkan rekor dalam pengajuan paten terkait AI.

Bahkan dalam beberapa kategori, jumlah paten dari China mencapai sepuluh kali lipat dibanding Amerika Serikat.

Artinya, riset yang dilakukan tidak hanya berakhir di jurnal, melainkan benar-benar diterjemahkan menjadi teknologi yang siap dipasarkan dan digunakan.

Lebih dari 150 universitas dan lembaga penelitian di China masing-masing menerbitkan sedikitnya 50 makalah AI sepanjang 2024.

Angka ini mencerminkan skala ekosistem riset yang sangat luas, dengan jaringan kolaborasi yang mencakup perguruan tinggi, industri, hingga dukungan pemerintah pusat.

Baca Juga:  Kebun Raya Mangrove Surabaya Rayakan HUT ke-2, Ukir Prestasi Internasional dan Fokus pada Pengurangan Emisi Karbon

DeepSeek: Pameran Kemandirian Teknologi

Awal 2025, dunia teknologi dikejutkan oleh hadirnya DeepSeek, model AI buatan China yang disebut mampu menyaingi bahkan mengungguli beberapa platform populer asal Amerika. Bukan hanya soal performa, DeepSeek juga hadir dengan biaya yang jauh lebih efisien.

Kehadiran DeepSeek dinilai sebagai simbol kemandirian teknologi China. Di tengah pembatasan ekspor chip canggih dari Amerika Serikat, China justru mampu melahirkan model AI kompetitif yang memperlihatkan bahwa strategi investasinya selama ini tidak sia-sia.

Dampak Geopolitik yang Makin Terasa

AI kini tidak lagi sekadar urusan teknologi, melainkan juga aset strategis yang punya implikasi langsung terhadap ekonomi, keamanan, hingga politik global.

Dominasi China di bidang ini menimbulkan kekhawatiran di Barat, sebab ketertinggalan dalam penguasaan AI berarti risiko kehilangan daya saing dalam banyak sektor, mulai dari industri militer, perdagangan, hingga layanan publik.

Baca Juga:  Ancaman ChatGPT sebagai Hutang Kognitif, Benarkah?

Bagi China, capaian ini sejalan dengan ambisi nasionalnya untuk menjadi pemimpin AI dunia pada 2030. Dukungan pemerintah yang masif, akses data dalam jumlah besar, serta budaya riset yang semakin agresif, membuat target tersebut terlihat semakin realistis.

Apa Artinya Bagi Dunia?

Keunggulan riset AI China bisa diartikan dua hal, pertama munculnya pusat inovasi baru di luar Barat. Kedua, potensi lahirnya standar dan regulasi teknologi global yang lebih banyak dipengaruhi Beijing.

Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan besar seperti “apakah dunia siap dengan AI versi China?”.

Apapun jawabannya, satu hal kini jelas bahwa peta persaingan AI sudah bergeser. Jika sebelumnya Amerika dan Eropa selalu berada di depan, kini giliran China yang menentukan arah permainan. (*)

TEMANISHA.COM