TOPMEDIA – Marak aksi pembakaran dan penjarahan diantara aksi demonstrasi akibat tunjangan DPR, pernyataan kontroversial anggota dewan, hingga pelindasan driver ojek online oleh mobil Rantis Brimob tampak melenceng dari isu utama tuntutan dan poros utama gerakan demonstrasi.
Di Surabaya, aksi demonstrasi massa ini keluar jalur dari tujuan demo, lebih kepada kerusuhan dan anarkisme. Sabtu, (30/8/2025) malam, Gedung Negara Grahadi dibakar massa pengunjuk rasa.
Dilansir detikJatim, bangunan Gedung Grahadi dilalap si jago merah. Bagian atap bangunan itu hangus terbakar, api meluluhlantakkan bangunan yang masuk sebagai cagar budaya itu. Tak terkendali dan rusuh, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, benar-benar tidak kondusif.
Sejumlah perabot seperti printer, kursi, komputer, dan monitor komputer ludes dimakan api. Sekitar tengah malam api baru bisa dipadamkan.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sebelumnya menemui massa yang berada di depan Gedung Grahadi.. Khofifah menemui massa pukul 20.39 WIB, ditemani Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin. Situasi sempat ricuh.
Setelah menemui massa, Khofifah berharap massa kondusif. “Saya harap semua dilakukan dengan baik, jangan anarkis, jangan terprovokasi,” kata Gubernur dari PKB itu.
Di banyak linimasa, banyak netizen mengecam pembakaran bangunan cagar budaya tersebut. Warga menyesalkan anarkisme ini.
Banyak yang mengatakan bahwa ini bukan dari tujuan dan sasaran aksi. Isu yang diusung adalah melawan kenaikan gaji dan tunjangan DPR, reformasi di tubuh Polri, dan banyak lagi yang semuanya bermuara di DPR.
Sangat disayangkan memang aksi masa sudah keluar dari jalur dan tuntutan dan malah berujung anarkisme. Meski ingin menyuaraikan hak dan tuntutan, diharapkan peristiwa anarkisme tidak kembali terjadi. (*)