TOPMEDIA – Penundaan kepulangan tiga astronot China dari misi Shenzhou-20 bukan sekadar masalah teknis, melainkan cerminan meningkatnya ancaman sampah luar angkasa terhadap keselamatan kru di orbit.
Kapsul Shenzhou-20 diduga tertabrak serpihan orbit, sehingga kepulangan yang semula dijadwalkan 5 November 2025 ditunda demi keselamatan astronot. Ketiga astronot tersebut kini berada di stasiun luar angkasa Tiangong.
China National Space Administration (CNSA) menegaskan bahwa analisis dampak sedang dilakukan.
Jika Shenzhou-20 tidak bisa digunakan, kru akan dipulangkan dengan wahana Shenzhou-21 yang sudah tiba di Tiangong.
Apabila kedua wahana rusak, wahana cadangan Shenzhou akan diluncurkan dari Jiuquan dengan roket Long March-2F.
Insiden ini menyoroti risiko meningkatnya jumlah serpihan orbit. Data European Space Agency (ESA) mencatat lebih dari 36 ribu objek berukuran lebih dari 10 cm kini mengorbit Bumi, belum termasuk jutaan serpihan kecil yang sulit dilacak.
Tahun lalu, Presiden China Xi Jinping menyerukan kerja sama internasional untuk membangun pusat observasi serpihan orbit.
Bahkan pada 2021, China mengajukan keluhan resmi ke PBB setelah stasiun Tiangong harus melakukan dua manuver darurat untuk menghindari serpihan satelit Starlink milik Elon Musk.
“Kasus Shenzhou-20 adalah peringatan nyata bahwa sampah orbit bukan lagi isu teknis, melainkan ancaman global. Tanpa kerja sama internasional, keselamatan astronot di orbit akan terus terancam,” ujar Dr. Li Wei, analis luar angkasa Universitas Tsinghua.
Penundaan kepulangan kru Shenzhou-20 menjadi bukti nyata bahwa sampah luar angkasa kini menjadi tantangan utama eksplorasi orbit rendah Bumi.
Dengan protokol darurat yang disiapkan, China berusaha memastikan keselamatan astronot, sekaligus mendorong dunia untuk lebih serius menangani ancaman debris orbit.
“Tak hanya soal misi Shenzhou-20, ini adalah peringatan global bahwa sampah orbit bisa mengancam keberlangsungan eksplorasi luar angkasa,” tutup Dr. Li Wei. (*)



















