Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
FAMILY BUSINESSES

Arisan Branded yang Menghancurkan Bisnis Keluarga (6): Keruntuhan Segalanya

34
×

Arisan Branded yang Menghancurkan Bisnis Keluarga (6): Keruntuhan Segalanya

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi family business story: harta dan aset Brajantara Group disita negara. (Foto: AI/Chat GPT)
toplegal

HARI itu keputusan pengadilan resmi dibacakan. Brajantara Group dinyatakan pailit. Ruang sidang sunyi dan hanya terdengar isakan Mama yang tak mampu menahan tangis.

Semua upaya restrukturisasi gagal, utang menumpuk, dan aset perusahaan akhirnya disita untuk melunasi kewajiban.

ROYALTI MUSIK

Beberapa hari kemudian, aparat datang ke kantor. Satu per satu meja, komputer dan kendaraan operasional diberi stiker “Disita.”

Papan nama besar Brajantara di depan gedung juga diturunkan oleh petugas. Hal ini membuat karyawan yang menyaksikan hanya bisa menangis.

Aku berdiri di samping Bram, mataku panas menahan air mata. Bram pun berbisik lirih.

“Semua sudah habis. Semua yang Papa dan Mama bangun selama puluhan tahun, hilang karena kesalahan yang seharusnya bisa dicegah.”

Baca Juga:  Keserakahan Kakak Hancurkan Bisnis Keluarga 30 Tahun (1): Warisan yang Memecah Keluarga

Di luar kantor, puluhan vendor berbaris. Sebagian berteriak, sebagian lain mengacungkan surat gugatan. “Bayar uang kami! Jangan kabur!” teriak salah satu dari mereka.

Wartawan berebut memotret Mama yang keluar dengan wajah tertutup kerudung. Foto itu keesokan harinya terpampang di halaman depan koran: “Perusahaan Besar Runtuh Akibat Gaya Hidup Istri Pemilik.”

Bruno yang biasanya membela Mama, akhirnya tak kuasa lagi. “Ma, lihatlah apa yang terjadi. Tas-tas itu, sepatu, perhiasan, apa semuanya sebanding dengan nama keluarga kita yang hancur?” Mama hanya menangis dan tidak sanggup menjawab.

Papa berdiri diam, wajahnya keras, tapi sorot matanya kosong. Ia tidak membela, tidak pula menenangkan. Mungkin hatinya sudah kalah sebelum semuanya benar-benar runtuh.

Baca Juga:  Kutukan Generasi ke-3, Pertarungan Kepemimpinan di Perusahaan Keluarga (1): Bayangan yang Tak Pernah Hilang

Malam itu, rumah terasa sunyi. Tidak ada lagi obrolan tentang proyek, tidak ada lagi rapat keluarga. Yang ada hanya tumpukan surat gugatan, daftar aset yang disita, dan masa depan yang gelap.

Aku menatap ke arah Mama yang masih menangis di sudut ruangan, lalu berkata lirih, “Bukan musuh yang menghancurkan kita… tapi diri kita sendiri.”

Dan benar, malam itu kami semua tahu akhir dari Brajantara Group bukan karena krisis ekonomi atau pesaing yang kuat, tapi karena keserakahan, gengsi, dan arisan barang branded yang semu.

(Bersambung ke series 7: kisah kejayaan perusahaan dan hikmah dari kehancuran) 

TEMANISHA.COM