Scroll untuk baca artikel
Bonek Bule
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
TOP NEWS

Aksi Sweeping Masih Terjadi di Malang, Suporter Surabaya Balas dengan Pesan Damai

45
×

Aksi Sweeping Masih Terjadi di Malang, Suporter Surabaya Balas dengan Pesan Damai

Sebarkan artikel ini
Alex Tualeka, koordinator aksi simpatik. (Foto: Istimewa)
toplegal

TOPMEDIA – Fenomena sweeping atau aksi mengganggu kendaraan berpelat luar kota kembali mencuat di Malang.

Dalam sebuah video yang diterima redaksi topmedia.id, tampak sekelompok suporter sepak bola melakukan aksi tidak simpatik terhadap sebuah mobil berwarna putih dengan pelat nomor L yang sedang melintas di kawasan Malang.

TOP LEGAL PRO

Dalam rekaman tersebut, terlihat beberapa orang mendekati mobil dan menggedor pintu, bahkan ada yang menendang bagian bodi kendaraan.

Pengemudi yang ketakutan akhirnya memacu kendaraannya untuk menghindari kerumunan.

Aksi ini langsung menuai reaksi dari publik karena dinilai dapat memicu konflik antarwarga maupun antarsuporter.

Menariknya, insiden tersebut justru memunculkan respons positif dari sejumlah suporter di Surabaya.

Dipimpin oleh Alex Tualeka, seorang koordinator aksi yang dikenal dekat dengan komunitas suporter Persebaya, mereka melakukan kegiatan simpatik untuk menyampaikan pesan moral.

“Kami ingin menunjukkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini aman dan nyaman bagi siapa saja, dari mana pun asalnya. Di Surabaya, mau pelat N, AG, S, atau lainnya, semuanya bisa berkendara dengan tenang,” ujar Alex.

Baca Juga:  Kekayaan Presiden Prabowo Subianto Tembus Rp 2,06 Triliun, Ini Sumber-Sumbernya

Redaksi topmedia.id juga melihat, tujuan aksi simpatik ini adalah membuktikan bahwa rivalitas sepak bola seharusnya hanya sebatas pertandingan di lapangan.

Setelah peluit akhir berbunyi, semua perbedaan harus disudahi dengan jabat tangan dan rasa saling menghormati.

Aksi tidak simpatik seperti swipping kendaraan pelat luar kota, justru berpotensi memicu gesekan yang tidak perlu.

Dunia sepak bola Indonesia pernah mengalami tragedi besar di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada 1 Oktober 2022. Peristiwa itu menewaskan ratusan orang dan menjadi salah satu bencana olahraga terburuk di dunia.

Tragedi Kanjuruhan adalah pelajaran pahit bagi kita semua. Ratusan nyawa melayang, ribuan lainnya terluka, dan citra sepak bola Indonesia tercoreng di mata dunia. Semua itu seharusnya tidak perlu terjadi jika suporter bisa menahan diri dan memprioritaskan keselamatan.

Baca Juga:  Meski Ada Penolakan Normalisasi Sungai Kalianak Berlanjut

Rivalitas dalam sepak bola adalah hal wajar, tetapi tidak boleh berubah menjadi kebencian yang membabi buta.

Suporter juga harus bisa menjadi pelindung, bukan ancaman, bagi siapa saja yang datang menonton atau sekadar melintas di wilayah mereka.

Mengembalikan Sepak Bola ke Esensi Aslinya Sepak bola seharusnya menjadi ajang persaudaraan, hiburan, dan pemersatu bangsa. Atmosfer yang kondusif di dalam maupun di luar stadion akan membuat penonton merasa aman dan nyaman.

Semua pihak, baik suporter, pemain, maupun aparat keamanan, harus berkomitmen menjaga suasana damai di setiap laga.

“Permusuhan itu hanya berlangsung 90 menit di dalam lapangan”. Setelah itu, kita semua kembali sebagai saudara. Jangan biarkan ego suporter merusak persaudaraan yang sudah terjalin.

Aksi simpatik yang dilakukan di Surabaya dapat menjadi contoh bagi daerah lain.

Baca Juga:  Lagi, Dunia Hiburan Berduka, Legenda WWE Hulk Hogan Tutup Usia

Dengan saling menghormati dan mengedepankan sportivitas, konflik antar suporter bisa diminimalisir, bahkan dihapuskan.

Tragedi Kanjuruhan seharusnya menjadi titik balik pembenahan sepak bola Indonesia, bukan hanya dari segi keamanan stadion, tetapi juga perilaku suporter.

Edukasi, komunikasi, dan kampanye damai harus terus digalakkan agar sepak bola kembali menjadi olahraga yang menyenangkan untuk dinikmati semua kalangan.

Dengan adanya aksi simpatik ini, Surabaya menunjukkan bahwa rivalitas tidak harus diwarnai kekerasan. Sebaliknya, sportivitas dan rasa persaudaraan bisa menjadi kekuatan utama dalam mendukung tim kesayangan.

Sepak bola akan selalu menjadi bagian dari budaya bangsa. Namun, tanpa rasa aman, olahraga ini hanya akan meninggalkan luka.

Saatnya semua pihak bersatu untuk memastikan tragedi seperti Kanjuruhan tidak pernah terulang, dan swipping seperti yang terjadi di Malang segera menjadi masa lalu.

TEMANISHA.COM