Scroll untuk baca artikel
TOP Legal Open House
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
LIFESTYLE

Segini Perbedaan Harga Venue di Indonesia dan Malaysia

×

Segini Perbedaan Harga Venue di Indonesia dan Malaysia

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi konser. (Foto: Pinterest)
toplegal

TOPMEDIA – Promotor curhat soal susahnya menyewa venue konser di Indonesia. Poinnya jelas, biaya sewa stadion di Indonesia jauh lebih mahal dibanding negara tetangga.

Novry Hetharia, Ketua Bidang Advokasi dan Perizinan Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI), dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Harmonisasi RUU Hak Cipta bersama Baleg DPR RI pada Selasa, 18 November mengungkapkan keresahan ini.

HALAL BERKAH

Novry mengatakan, promotor di negara seperti Singapura dan Malaysia bisa beroperasi jauh lebih nyaman karena pemerintahnya memberikan dukungan besar, termasuk subsidi dan kemudahan penggunaan venue.

“Pemerintah di Singapura atau Malaysia, mereka memberikan banyak sekali subsidi kepada promotor, di antaranya adalah kemudahan untuk menggunakan venue maupun murahnya harga venue,” kata Novry, dikutip dari TV Parlemen, Sabtu (22/11/2025).

Baca Juga:  Pasar Konser Indonesia Terus Tumbuh, Kemenparekraf Tegaskan Pentingnya Tata Kelola yang Baik

Paparan Novry mencengangkan. Dirinya membuat Perbandingan yang sangat mencolok. Menurut promotor, sewa stadion di Indonesia bisa mencapai Rp 7-8 miliar. Angka itu jauh sekali dibandingkan sewa stadion di Malaysia yang hanya hanya sekitar Rp 200 juta. Selisih itu tak heran membuat promotor akhirnya menggelar di Malaysia ketimbang di Jakarta.

“Untuk sewa stadion, lebih baik kami bikin di sana. Karena sudah jelas di sini biayanya, dan di sini tidak ada stadion yang menampung, hanya ada dua, yaitu di GBK dan JIS,” lanjutnya.

Tak berhenti di harga soal venue, promotor juga mengaku kerap harus pasrah jika jadwal konser bentrok dengan pertandingan olahraga, meski mereka sudah membayar lunas biaya sewa stadion.

Baca Juga:  Byon Combat Showbiz Vol.5 Catat Rekor Baru, Jadi Tonggak Sejarah Tarung Indonesia

“Apabila kita sudah bayar full pun, tapi kalau misalnya ada agenda untuk olahraga-untuk sepak bola-kita bisa digeser. Sementara kita sudah bayar puluhan miliar ke pihak artis,” ujar Novry.

Menurutnya, risiko seperti ini sangat memberatkan promotor, apalagi jika pihak artis tidak mau menggeser jadwal atau menolak refund.

Ia sempat sedikit menyinggung sedikit tentang royalti konser yang menurut APMI lebih baik diturunkan dari dua persen menjadi satu persen, poin utama yang ditekankan tetap sama, ekosistem konser Indonesia tidak sekompetitif negara tetangga karena biaya venue yang terlalu tinggi dan minim dukungan pemerintah.

Kemudian, APMI meminta pemerintah ikut turun tangan menciptakan infrastruktur konser yang lebih ramah promotor, mulai dari stadion hingga ruang konser alternatif.

Baca Juga:  Semarak JCFF 2025: Perpaduan Kopi Nusantara dan Pesona Wisata Kota Lama Surabaya

“Kita butuh dukungan pemerintah. Kalau bisa, ada ruang-ruang konser baru yang dapat mendukung negara-negara lain bisa datang ke Indonesia,” pungkas Novry. (*)

TEMANISHA.COM