Scroll untuk baca artikel
TOP Legal Open House
TOP SAGU
TOP SAGU
TOP MEDIA
TOP NEWS

Cegah Bullying di Sekolah, Dispendik Surabaya Bangun Jejaring Empati Libatkan Guru dan Siswa

×

Cegah Bullying di Sekolah, Dispendik Surabaya Bangun Jejaring Empati Libatkan Guru dan Siswa

Sebarkan artikel ini
Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, mengungkapkan salah satu terobosan utama menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan suportif adalah pencetakan "Agen Perubahan" dari kalangan siswa. (Foto: Istimewa)
toplegal

TOPMEDIA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) mengambil langkah progresif dan terstruktur dalam penanganan isu perundungan (bullying) di lingkungan sekolah. Pendekatan baru ini tidak lagi berfokus tunggal pada guru Bimbingan dan Konseling (BK), melainkan dengan membangun jejaring empati yang melibatkan seluruh elemen guru dan, secara signifikan, menjadikan siswa sebagai fasilitator dan garda terdepan pencegahan.

Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, mengungkapkan bahwa inisiatif ini bertujuan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan suportif. Salah satu terobosan utama adalah pencetakan “Agen Perubahan” dari kalangan siswa.

HALAL BERKAH

“Menjelang liburan sekolah, kami akan mengumpulkan perwakilan siswa seperti pengurus OSIS, Organisasi Pelajar Surabaya (Orpes), dan tim pemantau. Ratusan siswa terpilih ini akan dibekali secara intensif,” ujar Yusuf pada Minggu (16/11).

Baca Juga:  Sejumlah Organisasi Guru Gelar Demo di Monas Minta Kuota ASN dan PPPK untuk Guru Madrasah

Materi pembekalan yang diberikan mencakup literasi digital sehat, pentingnya toleransi, gotong royong, dan pemahaman mendalam terhadap 10 prinsip hak anak. Dengan bekal tersebut, para siswa fasilitator diharapkan mampu menjadi mata dan telinga yang lebih efektif di lingkungan sebaya mereka.

Yusuf Masruh menegaskan bahwa isu perundungan tidak dapat diselesaikan hanya oleh guru BK. Karena itu, Dispendik mengeluarkan instruksi agar seluruh jajaran sekolah meningkatkan pengawasan dan empati, mengubah perspektif bahwa penanganan masalah psikologis siswa adalah tugas parsial.

“Kami menekankan pentingnya membangun empati pada seluruh elemen guru. Guru tidak hanya bertugas mengajar. Mereka harus proaktif mendekati anak yang menunjukkan perubahan perilaku,” tegasnya.

Perubahan perilaku, seperti tiba-tiba menjadi pendiam atau tertutup, harus segera direspons sebagai indikasi awal adanya masalah. Guru diminta untuk peka dan mendekati siswa secara humanis sebelum masalah tersebut membesar.

Baca Juga:  DWP Surabaya Tingkatkan Pengetahuan dan Ekonomi Lewat Pelatihan Mewiru Kain Jarit

Di tingkat implementasi, Tim Penanganan dan Pencegahan Kekerasan (TPPK) di sekolah didorong untuk memfasilitasi komunikasi yang lebih cair. Salah satu metode yang diyakini efektif adalah kegiatan saling curhat atau mencurahkan isi hati antar-siswa. “Kami yakin metode curhat antar teman sebaya ini jauh lebih efektif dalam mendeteksi dan menyelesaikan masalah lebih cepat,” imbuh Yusuf.

Surabaya juga menyadari bahwa ancaman perundungan telah merambah ke dunia maya (cyberbullying). Dispendik menjalin sinergi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) untuk memberikan pendampingan terkait isu dunia maya.

“Pelarangan total akses internet itu tidak realistis. Pendekatan yang lebih humanis adalah pendampingan, agar anak-anak paham kapan waktu yang tepat dan konten apa yang aman,” jelasnya.

Baca Juga:  Surabaya Pecahkan Rekor MURI dan Kukuhkan Predikat Kota Terinovatif

Apabila insiden perundungan terlanjur terjadi, penanganan kasus dan pemulihan korban akan melibatkan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3AP2KB), yang memiliki konselor ahli. (*)

TEMANISHA.COM